Somo, Makanan dari Sagu Panggang yang Langka

oleh -
Proses pembuatan kue somo. (FOTO: media.alkhairaat.id/Jamrin AB)

SETIAP hari warga Kota Palu bisa menikmati makanan berbahan sagu yang cukup dikenal dengan nama jepa atau dange.

Kebanyakan orang juga mungkin sudah mengetahui jika makanan yang dikategorikan kue tradisional itu diolah dengan cara dipanggang di atas tungku bara api. Memakai wajan kecil berbahan tanah liat seperti kura tanah untuk mematangkan dengan cara dibolak-balik.

Dange biasa dicampur dengan rono, sejenis ikan kecil yang diberi cabai. Dapat pula dengan campuran gula merah dipanggang bersamaan campuran kelapa parut agar gurih.

Proses pemanggangan somo. (FOTO: JAMRIN AB)

Tetapi lain hanya dengan sebutan somo. Meskipun sama-sama berbahan dasar sagu dengan campuran kelapa parut dan gula merah serta cara memasak yang tidak jauh berbeda, namun jarang yang mengetahui jika sebelum dipanggang, penganan ini terlebih dahulu dibungkus dengan daun sagu.

Kue somo ini sudah terbilang langka. Tidak setiap hari bisa didapat sebagaimana dange. Kue ini harus dipesan khusus.

Tempat pembuatannya pun berada di Desa Towale, Mekar Baru atau di Limboro, Kecamatan Banawa Tengah.

BACA JUGA :  Polres Touna Perketat Pengamanan Logistik Pilkada 2024

DAERAH PENGHASIL SAGU

Di desa-desa tersebut sejak lama dikenal penghasil tepung sagu, yang kemudian dipasarkan ke kota Donggala hingga ke Kota Palu.

Di Desa Mekar Baru dan Desa Towale terdapat ratusan pohon sagu tumbuh sejak lama menjadi salah satu sumber pangan penduduk setempat, bahkan dipasarkan ke berbagai desa dan kota.

Bagi Towale, sagu termasuk tanaman yang menjadi kebanggaan bagi penduduk yang diwariskan secara turun temurun. Bahkan  Davis Woodard, seorang kapten kapal Amerika bersama lima anak buahnya saat disandera di Towale tahun 1793-1795 selama itu pula makanan sagu dibuat roti.

Kesaksian itu diungkapkan dalam kisahnya yang menyebut seorang Tuan Hadji dari Donggala melakukan perdagangan sagu.

Sampai kini, dari Desa Towale dan Mekar Baru itu pula pembuat dan penjual dange berasal. Cuma saja tidak pernah menjajakan masakan kue somo, mengingat perlu persiapan khusus.

BACA JUGA :  Prof Romli Atmasasmita Kritik Tajam Kesesatan Hukum dalam Kasus Mardani Maming

“Kue somo ini memang sudah cukup lama tidak dibuat. Nanti kalu ada acara khusus atau pesta baru dimasak, itupun belakangan sudah jarang juga,” kata Rosdsiang (40) salah satu warga Desa Towale.

Menurutnya, cemilan berbahan sagu yang dipanggang itu waktu dulu masih sering ditemukan. Namun mungkin karena tidak praktis cara pembuatannya seperti dange, sehingga kurang dibuat. Kecuali ada pemesanan khusus baru bias dibuat.

Menurut Sekretaris Desa Towale, Arlin, pembuatan somo terakhir dipraktikkan kembali pada Bulan September lalu, ketika ada tim kerja dari Kemendikbud yang melakukan pembuatan film dokumenter tentang tenun Donggala.

Dalam film tersebut, dikisahkan kembali bagaimana penenun bekerja sambil menikmati makanan somo di tengah kesibukannya.

Kue somo siap disantap. (FOTO: JAMRIN AB)

“Bagaimana panjangnya lembaran daun sagu itu maka begitu pun somo dibuat, sebab kue ini dibungkus di daun sagu dengan jepitan lidi, kemudian dipanggang dengan bara api,” jelas seorang warga di Desa Towale disela-sela saat memasak,

BACA JUGA :  Yayasan Rubalang dan EcoNusa Gagas Aksi Muda Jaga Iklim di Momen Hari Sumpah Pemuda

Bahan baku yang disediakan berupa tepung sagu dicampur dengan kelapa parut bersama gula merah yang dihaluskan. Ketiga bahan itu diaduk sampai rata dan sedikit diberiair agar bahan tersebut salingmerekat.

Bahan yang sudah rata bahannya itu dibungkus memanjang di daun sagu secukupnya.

Cara pemanggangan dibuatkan tungku khusus. Kemudian untukmenyimpan somo yang dibungkus diletakkan di tempat yang atas tungku bara api dari sabuk kelapa. Bahan tatakan berupa pelepah kelapa mentah atau kayu mentah agar tidak mudah terbakar.

Lama masak atau dipanggang tergantung bara api yang bagus. Biasanya sekitar 20atau 30 menit seperti memanggang lalampaatau gogos. Kata Arlin, jangan sampai hangus atau jangan pula kurang matang, karena hasilnya tidak renyah.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay