Smelter di Sambalagi Serap 60 Ribu Tenaga Kerja Lokal, Panja Komisi VII Dukung Komitmen PT Vale

oleh -
CEO PT Vale, Febriany Eddy memaparkan pembangunan smelter di Sambalagi, di hadapan Tim Panja Komisi VII DPR RI. (FOTO: DOK. PT VALE)

MOROWALI – Panitia Kerja (Panja) Komisi VII DPR RI mengapresiasi dan mendukung komitmen PT Vale dalam mendorong hilirisasi di sektor pertambangan.

Hal itu terungkap dalam kunjungan kerja Panja Komisi VII, di areal operasional PT Vale di Pulau Sambalagi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), pekan lalu.

Tim Panja yang dipimpin Lamhot Sinaga itu diterima Presiden Direktur PT Vale Febriany Eddy, Wakil Presiden Direktur Adriansyah Chaniago. Turut hadir Sekretariat Kabupaten (Sekkab) Morowali, Yusman Mahmud.

Lamhot mengatakan, pembangunan smelter di Sambalagi harus didukung, karena akan memberikan dampak positif bagi masyarakat, di antaranya penyerapan tenaga kerja yang mencapai 60 ribu dengan mengutamakan masyarakat lokal.

“Smelter yang akan dibangun ini merupakan smelter yang green energi. Kami di komisi VII sangat mendukung itu. Kita akan masuk dalam transisi energi pada tahun 2050. Untuk itu semua smelter kami dorong menjadi green energi,” ujarnya.

Berdasarkan informasi dari Pemkab Morowali, lanjut Lamhot, kehadiran smelter juga mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi.

“Hal ini tentu berbeda dari informasi yang kami peroleh selama ini,” katanya.

Anggota Panja lainnya, Rusda Mahmud, berharap, PT Vale dapat mewujudkan komitmennya untuk pertambangan berkelanjutan, salah satunya dengan menurunkan emisi karbon yang sejalan dengan program pemerintah menurunkan emisi karbon 31,89% di 2030.

Panja juga berharap, PT Vale memperhatikan hilirisasi, bahkan harus mengupayakan menghasilkan baterai sendiri, sehingga Indonesia tidak lagi ekspor bahan mentah.

“Kehadiran PT Vale harus didukung melalui komitmen keberlanjutan yang ingin dihadirkan, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” harapnya.

Rusda menuturkan, PT Vale sudah membuktikan komitmennya dalam menurunkan emisi karbon di area operasi Sorowako. Selain itu, tata kelola lingkungannya juga sangat baik.

Sebab setelah selesai menambang PT Vale kembali merawat dan menutup kemudian menanami kembali pohon. Dari informasi yang kami dapatkan ini tentu semakin menegaskan agar turut mendukung penuh pemerintah untuk melanjutkan izin Vale di Indonesia pada 2025,” tuturnya.

Anggota Komisi VII lainnya, Abdul Kadir Karding juga mengapresiasi PT Vale yang tetap berusaha menjaga lingkungan.

Sekkab Morowali, Yusman Mahbub, mengungkapkan, hadirnya perusahaan tambang di Morowali harus didukung, salah satunya PT Vale karena dampaknya sangat dirasakan masyarakat dari sisi pertumbuhan ekonomi.

Saat ini, kata dia, Kabupaten Morowali masuk dalam empat daerah pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia, yaitu 28,93%.

“Target investasi di Sulteng tahun 2023 sebesar Rp53 triliun dan sekarang melewati target yaitu Rp73 triliun. Capaian investasi di Morowali sebesar Rp32 triliun. Saya ingin menyampaikan bahwa investasi yang benar kami dukung sementara investasi yang tidak sesuai aturan kami tolak,” tegasnya.

Pada kesempatan itu, CEO PT Vale Febriany Eddy memaparkan pembangunan smelter di Sambalagi menggunakan teknologi Rotary Klin and Electric Furnance (RKEF).

“PT Vale bersama Xinhai dan Baowu Tisco sepakat tidak menggunakan batu bara. Selain itu teknologi tanur listriknya unik karena panas dari tungku ini akan di-recycle untuk dipakai mengeringkan bijih nikel. Pabrik di Sambalagi ini akan menjadi yang pertama di Indonesia menggunakan gas dan karbon intensitas terendah kedua setelah yang di Sorowako,” jelasnya.

Komitmen good mining practices, jelas Febriany, tidak hanya di Sambalagi, tapi juga akan diterapkan pada pembangunan smelter di Pomalaa yang menggunakan teknologi High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk mengolah bijih nikel. */RIFAY