PALU – Suasana lapangan bola kaki SMA Negeri 4 Palu riuh, Senin (14/8) tadi. Di lapangan itu, berkumpul seluruh siswa, guru, perwakilan orang tua, dan pejabat dari Dinas Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Sulteng. Sekolah ini sedang mendeklarasikan Sekolah Ramah Anak (SRA).
Dalam momen ini, Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Palu, Syam Zaini, menyampaikan pesan kepedulian dan komitmen kuat sekolah terhadap pendidikan inklusi.
“Deklarasi ini bukan sekadar seremoni, tetapi bagian dari tujuan pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Seksual dan Pencegahan Kekerasan (PSP) angkatan pertama sejak tahun 2021,” ujar Syam Zaini, saat menyampaikan sambutannya
Mereka yang hadir, perwakilan dari berbagai pihak, menandatangani pernyataan komitmen. Tanda tangan itu sebagai simbol harapan. Tak hanya itu, agar janji sebagai sekolah inklusi ditepati, sepasang burung merpati pun dilepaskan.
SMA Negeri 4 Palu, yang berlokasi di Palu Barat, telah menjadikan inklusi sebagai salah satu pilar utama pendidikan mereka. Mereka menegaskan bahwa pendidikan adalah hak bagi semua anak, tanpa terkecuali. Dengan semangat ini, mereka bertekad untuk memastikan tidak ada diskriminasi, bullying, atau bentuk kekerasan baik fisik maupun non-fisik di dalam lingkungan sekolah.
Deklarasi Sekolah Ramah Anak ini juga diiringi dengan semangat perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Republik Indonesia. Sebuah lomba antar siswa digelar sebagai bagian dari rangkaian perayaan, yang turut menghidupkan semangat nasionalisme dan kebersamaan di kalangan siswa.
Menurut Syam, SMA Negeri 4 Palu telah menandai tonggak bersejarah dengan deklarasi Sekolah Ramah Anak ini. Langkah dalam memastikan pendidikan inklusi dan kebebasan dari kekerasan adalah inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia, untuk mengikuti jejak yang sama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, inklusif, dan bermakna bagi setiap anak.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG