DONGGALA – Para siswa di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Banawa akan melakukan lawatan sejarah kolonial di Donggala, pekan depan.

Salah satu guru SMKN 1 Banawa, Risma, M.Pd, Ahad (18/10), mengatakan, kegiatan ini adalah bagian dari mata pelajaran yang terintegrasi dengan konten lokal.

“Pada persiapan lawatan sejarah lokal ini siswa kami tidak turun langsung ke lapangan, melainkan secara virtual melalui aplikasi zoom, mengingat situasi pandemi saat ini. Untuk itu tim kerja kami lebih dahulu membuat dokumentasi objek-objek peninggalan sejarah yang akan dikunjungi secara virtual,” ungkap Risma.

Terdapat empat objek peninggalan Kolonial Belanda yang divisualkan untuk ditonton para siswa dari rumah masing-masing.

Empat situs sejarah itu adalah bekas gudang dan perkantoran Coprafondas atau Pusat Koperasi Kopra Daerah (PKKD) di Kelurahan Tanjung Batu, bekas perumahan PELNI peninggalan Belanda yang terletak di seputaran Jalan Lamarauna Kota Donggala. Saat ini, kondisi bangunan rusak berat dan belum pernah direhab sejak dibangun tahun 1930-an.

Kemudian tempat selanjutnya adalah bekas rumah Asisten Residen Belanda yang terletak di Kelurahan Gunung Bale. Saat ini, bangunan tersebut ditempati oleh Wakil Bupati Donggala.

Bangunan itu tidak lagi sesuai aslinya sejak rehabilitasi tahun 2005 lalu, kecuali tangga yang berada di teras.

Peninggalan kolonial keempat adalah menara Suar Tanjung Karang di Kelurahan Boneoge. Bangunan ini dibangun Belanda tahun 1902 untuk keperluan navigasi bagi kapal-kapal yang berlayar melintasi perairan Selat Makassar maupun yang masuk ke Teluk Palu.

“Sebetulnya ada banyak objek sejarah peninggalan yang tersisa di Donggala. Walau tidak terawat tapi jejaknya masih ada dan semua menarik dikunjungi siswa. Namun situasi pandemi corona sehingga tidak memungkinkan siswa kami bawa langsung,” kata Risma.

Sejak beberapa tahun terakhir kawasan sejarah di kota tua Donggala sudah sering dikunjungi para siswa dari Kota Palu.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay