Palu – Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Sulawesi Tengah, Rafani Tuahuns, sangat menyayangkan statemen dari Ketua Umum PB PMII yang menginggung dan melukai hati masayarakat Sulawesi Tengah.
Rafani menanyakan kenapa harus keluar kalimat seperti itu dari lisan seorang ketua umum organisasi nasional.
Menurut Rafani itu sangat tidak etis. perkataan yang menyinggung dengan bahasa “Katanya tanah tadulako menjadi pusat gerakan radikal Islam dan Katannya tanah ini menjadi pusat gerakan menentang NKRI” itu sangatlah tidak beradab.
“Anda sedang bertamu di kampung orang. jagalah adab dan etika sebagai tamu. Tuan rumah akan santun jika tamu pun sopan,” tambah Mahasiswa Fakultas Hukum itu ke Media ini, Rabu (17/5).
Dia menyayangkan hal itu terucap dari Ketua pengurus besar PMII. Baginya itu pernyataan itu dangkal.
Untuk itu Ketua Umum PW PII menuntut secara tegas kepada Ketua Umum PB PMII untuk segera meminta maaf secara terbuka kepada Masyarakat Sulawesi Tengah.
“Baiknya Ketum PB PMII segera meminta maaf secara terbuka. jika tidak akan semakin panjang urusannya,” tegas Rafani.
Hal senada juga diungkapkan Fachrurazi, Komandan Wilayah Brigade PII Sulteng. Ia menegaskan bahwa untuk menjaga stabilitas masyarakat Sulteng, khususnya di tanah Tadulako ini.
Ketum PB PMII harus mengakui kesalahannya dan harus meminta maaf secara terbuka.
“Tanah tadulako tanah yang damai, janganlah dikeruhkan dengan ungkapan dan tuduhan tidak berdasar itu. Kecaman sudah semakin banyak. jangan sampai ini loskontrol. segeralah meminta maaf secara terbuka untuk menjaga kondusifitas daerah ini,” ujarnya.
Sebelumnya, dalam sambutan Aminudin Ma’ruf, Ketum PB PMII pada pembukaan Kongres XIX PMII di Masjid Agung Darussalam Palu yang dihadiri Presiden Joko Widodo, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, Menko PMK Puan Maharani dan Menristek Dikti Mohamad Nasir, Aminuddin Ma`ruf menyebutkan bahwa pihaknya sengaja memilih Bumi Tadulako ini sebagai tempat penyelenggaraan kongres.
“Bapak Presiden sengaja kami membuat, melaksanakan kongres ke-sembilan belas di tanah tadulako, di provinsi Sulawesi Tengah, dengan tema Meneguhkan Konsensus bernegara untuk Indonesia berkeadaban. Di tanah ini katanya, adalah Pusat dari gerakan radikalisme Islam. Bapak Kapolda senyum-senyum nih. Di tanah ini, katanya, adalah pusat dari gerakan menetang Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata dia. Inilah ungkapan yang menuai banyak protes dan kecaman dari masyarakat. Dan tuntutan untuk segera meminta maaf menjadi tuntutan utama untuk menjaga kestabilan di tengah masyarakat. (faldi)