PALU – Mantan Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) Wilayah Sulawesi, Edmond Leonardo Siahaan meminta masyarakat Poboya untuk bersabar menunggu proses perizinan wilayah konsesi untuk pencadangan negara yang telah disepakati dengan Citra Palu Minerals (CPM).

Permintaan ini disampaikan Edmond, menyikapi bentrok yang terjadi antara warga dengan aparat kepolisian di Kelurahan Poboya, tadi malam.

“CPM sudah setuju dengan ide Kak Cudi (Gubernur Sulteng) mengeluarkan sebagian wilayah konsesi untuk pencadangan negara. Kalau tidak salah sedang dalan proses perijinan. Harusnya warga menunggu proses itu, karena Kak Cudi dan CPM sudah melangkah lebih jauh ke depan,” ujar Edmon, kepada media ini, Kamis (27/10).

Ia mengatakan, bentrokan seperti tadi malam akan terus berulang, akan terus jatuh korban baik dari masyarakat maupun perusahaan, bahkan bisa jadi dari tim pengacara masyarakat, jika masyarakat tidak mau bersabar menunggu proses perijinan lahan yang akan diberikan kepada masyarakat tersebut.

“Tunggu izin yang sedang diurus dan nantinya akan dikelola oleh Perusda. Nantinya kita berharap agar Perusda juga bekerja sama dengan masyarakat, agar daerah untung masyarakat juga untuk sehingga situasi juga menjadi aman,” ujarnya.

Menurutnya, CPM juga agak sulit membiarkan warga menambang di atas lahan kontrak karyanya, jika tanpa ada regulasi legal.

“Tapi dengan langkah-langkah yang sudah ditempuh Kak Cudi dan CPM, saya yakin CPM terbuka untuk kerja sama dalam berbagai bentuk asal ada legal formal sebagai landasan CPM. Kalau blokir jalan terus, nantinya akan timbul hal-hal yang kita tidak inginkan,” jelasnya.

Seharusnya, kata dia, masyarakat juga menuntut hal itu kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng dan pemerintah pusat.

Ia juga berharap kepada perusahaan-perusahaan lain untuk mengeluarkan sedikit wilayah konsesinya untuk warga sekitar tambang, sebagaimana yang telah dilakukan CPM.

“Agar tidak ada konflik dan bentrokan berulang kali, kasihan masyarakat,” tutup mantan Aktivis WALHI Sulteng itu.

Bentrok antar warga dengan aparat kepolisian terjadi Rabu tadi malam. Situasi memanas ketika warga memblokir jalan yang akan dilalui karyawan PT CPM. Bentrok mengakibatkan seorang penambang asal Gorontalo terkena peluru karet dari aparat.

Menurut Kapolresta Palu, Kombes Pol Barliansyah, sebelum terjadi bentrok, pihaknya telah melakukan komunikasi dengan Lurah Poboya Sri Rahayu dan Ketua Adat Moh Djafar guna melakukan negosiasi dengan pemuda Poboya yang melakukan pemblokiran jalan.

Namun dalam prosesnya, kata dia, negosiasi tidak membuahkan hasil sehingga terjadilah bentrok antar warga dengan aparat.

Pihaknya pun melakukan tindakan tegas membubarkan massa yang melakukan pemblokiran jalan. Namun hal itu mendapatkan perlawanan dari masyarakat. Bahkan, kata dia, sempat terjadi pelemparan batu dan bom molotov ke arah aparat. */RIFAY