PALU- Menanggapi kasus ujaran kebencian yang dilontarkan oleh Fuad Riyadi alias Plered dan masih menjadi sorotan publik, Ketua Umum Pengurus Besar Alkhairaat (PB Alkhairaat), Dr. H.S. Mochsen Alaydrus, menyampaikan pandangannya dan sejumlah pesan penting, khususnya kepada para Abnaulkhairaat.

Salah satu fokus pembahasannya adalah terkait penguatan organisasi serta dukungan terhadap Gerakan Presidium Bela Sayyid Idrus Bin Salim Aljufrie, atau lebih dikenal oleh masyarakat Sulawesi Tengah dan Indonesia Timur sebagai Guru Tua.

Hal tersebut disampaikan saat beliau menerima audiensi dari Presidium Gerakan Bela Guru Tua, dipimpin oleh Jaya Rahman, S.Pi (Ketua Presidium), dengan Koordinator Lapangan Muhammad Kaharu, bidang advokasi Edy Heriansyah anggota Ilham Kamindang, serta tim media diwakili oleh Ibrahim Aji C.JB.

Audiensi tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PB Alkhairaat, Drs. H. Jamaluddin Mariadjang; Wakil Rektor III Universitas Alkhairaat, Dr. Ahsan Marjudo, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Donggala, Drs. H. Haerollah Muh Arief, Ustaz Subhan Lasawedi; serta jajaran pengurus PB Alkhairaat lainnya.

Dalam arahannya, Habib Mochsen menegaskan pentingnya meluruskan persepsi publik keliru terkait gerakan Bela Guru Tua. Ia mengingatkan bahwa Alkhairaat sebagai lembaga pendidikan besar telah tersebar di 24 provinsi di Indonesia harus tampil solid dan bergerak dalam satu komando.

“Secara kelembagaan, Alkhairaat sudah cukup besar dan memenuhi syarat sebagai organisasi kemasyarakatan berskala nasional. Eksistensinya tidak perlu diragukan lagi secara nasional,” tegasnya dalam pertemuan  berlangsung di Lantai 2 Kantor Pusat PB Alkhairaat, Jalan Sis Aljufri, Senin (6/4).

Habib Mochsen juga menjabat sebagai Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulawesi Tengah tersebut, mengimbau kepada seluruh Abna untuk turut menyebarkan informasi  positif sebagai upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap Alkhairaat.

“Organisasi ini harus dikenal sebagai bagian dari perjuangan sosial dan kemerdekaan. Tujuan Alkhairaat harus dikemas dengan baik, dan setiap aksi harus mempertimbangkan momentum  tepat,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa aksi-aksi dukungan sebaiknya tidak dilakukan berbarengan dengan kegiatan puncak HAUL Guru Tua ke-57, agar kekhusyukan acara tidak terganggu. Menurutnya, gerakan harus dirancang secara masif dan terstruktur di seluruh wilayah.

“Konsep gerakan harus rapi agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab dan berpotensi merusak marwah HAUL Guru Tua,” tambahnya.

Habib Mochsen turut mengingatkan agar seluruh atribut  digunakan dalam kegiatan mengacu pada satu identitas, yaitu Panji Alkhairaat.

“Gunakan satu atribut saja. Jangan sampai masyarakat justru ragu karena keberagaman simbol  digunakan,” pintanya.

Menutup arahannya, ia juga meminta agar atribut  digunakan pada hari Kamis mendatang tidak berasal dari organisasi lain, khususnya bukan dari Aswaja. Ia menekankan pentingnya solidaritas dan loyalitas terhadap pendiri Alkhairaat.

“Silakan berjuang dengan caranya masing-masing, tetapi tetap dalam semangat persatuan dan penghormatan kepada pendiri Alkhairaat,” katanya.

REPORTER: ***/IKRAM