Sepenggal Kisah Masa Kecil Cudi di Donggala

oleh -
Rusdy Mastura

“Semasa masih tinggal dan sekolah di Donggala, Rusdy Mastura itu hobinya bola kaki dan sesekali saya ikut bermain dengan beliau. Namun saya tidak rutin karena pulang sekolah saya jaga gudang milik orang tua. Tetapi selalu bersahabat baik karena bertetangga semasa kecil”

Sepenggal kalimat ini diungkapkan Syamsuddin Said (72), ayah dari mantan Wakil Wali Kota Palu, Sigit Purnomo Said yang merupakan kawan sepermainan Rusdy Mastura.

Kedua orang tua mereka memang bersahabat dan bertetangga di Kota Donggala sejak dekade 1950-an.

H. Mohammad Said, ayah dari Samsuddin Said adalah seorang saudagar sukses di Donggala di masa itu. Ia memiliki saham bersama Labebo Mastura dalam pendirian gedung Gembira Theater untuk bioskop di Donggala.

Menurut Samsuddin Said, semasa kanak-kanak dan remaja di Donggala, tempatnya sering berkumpul bersama Rusdy Matura berada di rumah Tuan So, ayahanda dari Sofyan Sohar di depan lapangan Persideo lama yang kelak jadi tempat pasar.

BACA JUGA :  Lapas Perempuan Palu Kini Punya Poliklinik

Rusdy Mastura (70) calon Gubernur Sulawesi Tengah dikabarkan sudah meraup suara terbanyak pada voting day 9 Desember lalu memang lahir di Palu. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu, jika masa kanak-kanaknya juga banyak dihabiskan di Kota Donggala.

Lahir di Palu, 2 Februari 1950, Cudi -begitu ia akrab disapa- kecil lalu hijrah ke Kota Donggala bersama kedua orang tuanya, Labebo Mastura-Indomilo.

Keluarga tersebut cukup lama bermukim di kota tua itu tempat Labebo bertugas sebagai Kepala Pekerjaan Umum (PU).

Rumah kediamannya dulu di Donggala berdampingan dengan rumah orang tua Syamsuddin Said (Wisma Rame) di Jalan Pettalolo Donggala dan berdampingan dengan Piter Sahetapy, ayahanda artis Ray Sahetapy di Jalan Pettalolo.

BACA JUGA :  Danrem Baru Diyakini Mampu Berinovasi untuk Pembangunan Sulteng

Di sana pula, Cudi menghabiskan masa keceriaan kanak-kanaknya bersama rekan sebayanya hingga menyelesiakan sekolah dasar pada Yayasan Pendidikan Pengajaran Islam (YPPI) tahun 1962.

Pada masanya, meskipun terdapat beberapa sekolah dasar negeri di Donggala, tetapi orang tuanya lebih memilih memasukkan anaknya di sekolah swasta YPPI.

Secara historis, dalam dekade 50-an hingga 80-an, sekolah swasta itu terbilang favorit yang banyak peminat dari berbagai kalangan.

Hingga kini kondisi bangunan YPPI tidak banyak mengalami perubahan, cuma saja belakangan mengalami kemunduran sejak 1990-an sekolah SMP telah tutup. Kini tinggal taman kanak-kanak dan sekolah dasar yang berjalan.

BACA JUGA :  Kampanye Dialogis, Jurkam Yakinkan Masyarakat Siniu untuk Memilih Pasangan BERAMAL

Setamat dari YPPI, Rusdy Mastura tetap berada di Donggala untuk melanjutkan pendidikan SMP Negeri hingga tamat tahun 1965. Baru tahun itu pula kembali ke Palu melanjutkan pendidikan SMA hingga tamat tahun 1968 sekaligus aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan.

Boleh jadi, kemenangan telak Rusdy Mastura pada Pilkada Gubernur Sulteng belum lama ini, khususnya di wilayah Kota Donggala tidak terlepas dari keterkaitan dengan kota itu.

Nama orang tua dan pribadi Cudi sendiri memang sudah terlebih dahulu familiar, jauh sebelum ada Pilkada dihelat.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay