PALU – Kutukan demi kutukan terus mengalir kepada Brenton Tarran. Pun kecaman demi kecaman. Dua kata itulah yang bisa mewakili perasaan seluruh ummat Islam di berbagai belahan dunia, atas tindakan keji dan biadab yang dilakukan pria asal Australia kepada jemaah Shalat Jumat di dua masjid Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/03) pukul 13.45 waktu setempat.
Aksi pria rasis anti Islam berusia 28 tahun itu telah menewaskan puluhan kaum muslimin yang sedang menunaikan kewajiban menghadap Rabb-NYA.
Sabtu lalu, massa aksi yang tergabung dalam Solidaritas Muslim untuk Selandia Baru, menggelar orasi di Jalan Hasanuddin Palu. Pada intinya, mereka mengutuk perbuatan Brenton yang dinilai bukan lagi terkait persoalan agama, melainkan lebih pada persoalan kemanusiaan.
Kutukan yang sama juga diungkapkan Ustadz Hartono Yasin Anda. Kepada MAL, Ketua Forum Umat Islam (FUI) Sulteng itu menyerukan kepada seluruh kaum muslimin di seluruh dunia, untuk sama-sama mengutuk perbuatan tersebut.
“Kami meminta kepada pemerintah Selandia Baru untuk memberlakukan hukuman mati kepada pelaku teroris biadab itu,” tegasnya.
Di sisi lain, dia berharap kepada kaum muslimin di Sulteng untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan dan tidak menjadikan peristiwa itu sebagai alasan untuk takut meramaikan dan memakmurkan masjid.
“Kita harus lebih berani dan semangat memakmurkan masjid Allah. Kita tunjukkan bahwa ummat Islam tidak pernah gentar dengan aksi-aksi teror dalam bentuk apapun,” katanya.
Yang paling penting, kata dia, cap teroris betul-betul disematkan kepada pelaku pembantaian biadab itu agar label teroris itu tidak lagi disematkan kepada Islam.
Senada dengan itu, Ketua DPD PKS Kabupaten Sigi, Abdul Rifai Arif, menyampaikan belasungkawa yang sebesar-besarnya kepada para korban.
Dia berharap, Pemerintah Indonesia tidak memiliki pola pikir yang sama dengan seorang senator Australia yang justru menyalahkan ummat Islam dalam kejadian itu.
“Ini telah membuktikan bahwa terror tidak boleh diidentikkan dengan umat Islam, konotasinya selalu ummat Islam. Justru siapa saja bisa melakukannya dan ini sudah terbukti, bahkan orang Islamlah yang jadi korban,” ujarnya.
PKS, kata dia, juga mendorong penegakkan hukum yang adil kepada Brenton sesuai dengan hukum yang ada di negaranya.
“Kepada masyarakat muslim, khususnya di Kabupaten Sigi, tidak perlu reaktif terhadap hal-hal seperti ini, anggaplah yang terjadi ini karena salah dalam memahami/misinformasi tentang Islam,” ujarnya.
Sementara Dewan Penasehat Komisariat Daerah (Komda) Alkhairaat Kabupaten Sigi, Ilyas Nawawi mengatakan, tidak kata lain kepada oknum penembakan brutal itu, selain terkutuk.
“Semua tindakan kekerasan, apalagi kekerasan kepada ummat atau kepada kelompok tertentu tidak bisa kita tolerir, maka kita harus kompak untuk melawan setiap ada upaya-upaya seperti itu. Kita juga harus waspada di mana saja kita berada karena hal-hal seperti itu bisa saja terjadi di mana dan kapan saja, jadi kita tidak boleh lengah,” tutupnya.
Ketua Pemuda Muhammadiyah Sulteng, Fery ISA Abdullah juga mengutuk perbuatan itu.
“Tindakan terorisme ini, apapun latar belakang pelaku dan motifnya, tidak bisa dibenarkan dan harus dilawan, ini perbuatan biadab dan mengandung permusuhan, bukan hanya terhadap Muslim tapi terhadap kemanusiaan,” tegasnya.
Ketua Umum DPP Himpunan Pemuda Alkhairaat (HPA), Husen Idrus Alhabsy juga menyampaikan duka cita kepada seluruh korban, baik yang meninggal dunia, luka-luka, maupun yang mengalami trauma atas peristiwa itu.
“Kami mendesak pemerintah Indonesia, melalui kedutaannya di New Zealand agar segera melakukan tindakan yang cepat, pas dan tepat untuk memastikan perlindungan dan keamanan serta keselamatan WNI yang berada di Selandia Baru,” serunya.
Dia pun mengajak seluruh umat Islam di Indonesia dan segenap Abnaulkhairaat dimanapun berada agar melaksnakan Sholat Ghaib untuk para korban yang syahid.
Dia bagian lain, Sekretaris MUI Kabupaten Sigi, Yahya YA. Landua, menyampaikan, saat Raker MUI tingkat Provinsi Sulteng, pihaknya juga telah membuat rekomendasi dan memberikan pernyataan bahwa perbuatan tersebut adalah biadab.
“MUI sudah membuat pernyataan sikap keras melawan terorisme,” katanya.
Kutukan yang sama tidak hanya berasal dari kalangan mulsim. Tokoh Kristiani Kabupaten Sigi, Ajub Willem Darawia juga menyampaikan ungkapan yang sama.
“Kita kutuk. Kemungkinan besar oknum itu mengalami kelainan jiwa. Kalau atas nama organisasi tidak mungkin seperti itu. Jadi oknum itu tidak terorganisir atau mengatasnamakan agama karena tidak ada agama yang mengajarkan perbuatan terkutuk seperti itu,” ujarnya.
Dia berharap kepada semua elemen untuk menahan diri, tidak saling curiga mencurigai.
“Sehingga kita selalu dalam kondisi yang aman, tentram dan terkendali serta toleransi juga tetap terjaga di negara kita,” pungkasnya. (RIFAY)