DONGGALA – Setelah melalui kajian dan penyusunan materi, pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Banawa siap menerapkan Kurikulum Muatan Lokal (Mulok) tentang Tenun Donggala.

Pelajaran terkait Tenun Donggala mulai diterapkan pada semester mendatang, khusus kelas X.

Kepala SMK Negeri 1 Banawa, Slamet Indradi, belum lama ini, mengatakan, dalam penyusunan kurikulum, pihaknya melibatkan kalangan akademisi yang ahli tentang penyusunan mulok.

Selain itu dalam tim terdapat sejarawan dan pemerhati budaya yang memahami berbagai masalah renun Donggala,” jelas Slamet pada media ini.

Menurut Slamet, pilihan tentang tenun ini karena sangat relevan dengan kondisi sosial budaya dan geografis, di mana Kabupaten Donggala memiliki potensi kerajinan tenun.

Potensi itu, kata dia, sangat dekat dengan budaya peserta didik sehingga sangat tepat bila diajarkan di sekolah sesuai program Merdeka Belajar.

Bukan berarti, kata dia, ke depan siswa yang sudah tamat harus menjadi penenun, tapi bagaimana mereka memahami secara mendalam proses pembuatan sejak dari pewarnaan benang, pemintalan, penggunaan alat hingga terwujud lembaran kain.

“Termasuk alat yang digunakan berupa gedokan yang dikenal sebagai peralatan tradisional,” katanya.

Di awal, kata Slamet, sudah pasti banyak tantangan, tetapi bukan menjadi halangan untuk memulai.

Menurutnya, di antara masalah yang ditemui adalah tenaga guru, pembiayaan, peralatan yang belum ada, dan sumber daya yang masih terbatas.

“Tetapi kalau hanya memikirkan permasalahan tanpa memulai, ya tidak akan terwujud, karena itu apapun hasilnya harus diprogramkan dari sekarang,” tegas Slamet.

Sebagai langkah awal, Slamet bersama Wakasek Kurikulum, Syarif Ibrahim sudah berkoordinasi dengan Kepala Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah untuk menjadi bagian dalam memfasilitasi siswa ketika praktek.

Muhammad Subhan selaku Kades Towale menyatakan kesiapannya menyediakan sarana peralatan tenun yang ada di desa setempat.

Kata, Subhan, kalau saja dilakukan praktek menenun, maka pihaknya bersama pengrajin yang ada di desa bisa terlibat mengajar.

“Sebab sumber daya penenun di Towale cukup memadai sesuai ikon desa tenun,” ujarnya.

Reporter: Jamrin AB/Editor : Rifay