PALU– Semakin minimnya generasi muda bekerja sebagai petani, menjadi ancaman tersendiri bagi ketahanan pangan di tanah air. Melihat hal tersebut dalam momen Hari Pangan Sedunia tingkat Provinsi Sulteng ke-37 yang digelar Rabu hingga Sabtu (11-14/10).
Sekretaris Provinsi Sulteng Hidayat Lamakarate, mendorong pemahaman generasi muda, bahwa menjadi petani bukanlah pekerjaan rendahan. Bahkan kata Hidayat, stigma negatif menjadi petani harus dibuang jauh-jauh.
“Memberikan pemahaman kepada generasi muda, bahwa menjadi petani itu bukan pekerjaan rendah, selama ini menjadi petani orang yang ada di desa, yang tidak punya pendidikan, yang taunya cocok tanam,” kata Hidayat, Rabu (11/10) siang.
Hidayat menambahkan, pihaknya akan terus berupaya agar generasi muda menjadi petani sukses. Bahkan bekerja sebagai petani juga bisa menjanjikan masa depan.
Meski demikian, ke depan, tantangan pertanian juga semakin kompleks, seperti lahan mulai sempit. Untuk itu lanjut dia, diperlukan konsep pertanian pun harus berubah, misalnya berupa pemanfaatan teknologi.
“Hari pangan se dunia ini bukan hanya dilakukan seremoni saja. Tapi betul-betul bagaimana kemudian kita pemerintah menyadari bahwa pangan ini menjadi suatu hal yang sangat pokok.
“Ketersedian pangan, kestabilan harga pangan itu menjadi hal penting,” tambahnya.
Lebih jauh Mantan Bupati Balut ini mengharapkan, pihaknya juga akan terus mengawasi distribusi pangan supaya jangan sampai petani mengalami kerugian. Misalnya, di saat petani memiliki produksi melimpah, kemudian harganya menjadi turun.
Sementara lanjut dia, biaya kebutuhan bahan baku yang harganya mahal, sehingga petani kesulitan.
“Kemudian masyarakat menjadi daerah penghasilan malah kesulitan mencari bahan baku. Inilah yang dikontrol oleh pemerintah. Melalui hari pangan ini, kestabilan harga bisa terjangkau,” tutupnya. (NANANG IP)