DONGGALA -Sejumlah kampung di sekitar Kota Donggala pada masa Kerajaan Banawa, kini hilang dari peta Indonesia, sehingga secara historis hilang identitas. Padahal di beberapa peta buatan pemerintahan Hindia Belanda, kampung-kampung yang dimaksud masih dicatat.
Hal tersebut mengemuka pada diskusi terbatas di Donggala tentang penelusuran jejak kampung tua, Senin (30/01).
Kampung-kampung tua yang sudah hilang di peta masa kini, di antaranya Kampung Banawa, Kampung Lai (Lei), Kampung Karapea, Kampung Bente, Kampung Kanggihui, Kampung Kayunaya dan lainnya.
Paling menarik dan cukup terkenal adalah Kampung Banawa. Secara historis, dulu kampung itu terdapat di arah barat Kelurahan Ganti dan Limboro (Pantai Kaluku). Tetapi kemudian tidak ada lagi nama itu dalam peta, termasuk sebutan permukiman yang sebenarnya.
Nama Lai juga telah terhapus dari pemetaan, bahkan tidak semua penduduk di Pantai Desa Limboro, Kecamatan Banawa mengetahui tempat itu.
Menurut Faisal, salah satu penduduk Desa Limboro, secara bahasa, sebutan Lai itu sebenarnya Lei yang artinya merah.
“Lei itu merupakan kampung lama yang berada di pantai yang sudah lama ditinggalkan penduduk, memang dulu cukup dikenal,” jelas Faisal dalam diskusi tersebut.
Sementara itu, sejarawan Kota Donggala, Andrifal. I.A. Latomaria, mengatakan, dihilangkannya nama-nama kampung tua di sekitar Donggala dalam peta, disebabkan beberapa faktor, di antaranya, suatu kampung tidak lagi dihuni penduduk, adanya pergantian nama kampung, adanya perubahan kondisi alam dan lainnya.
“Namun demikian, secara historis keberadaan kampung tua yang pernah ada dalam peta itu tetap menarik ditelusuri kembali. Sebab bukan saja memiliki nilai sejarah peradaban masa lampau, tapi bisa menjadi kajian ilmu pengetahuan sejarah,” kata Andrifal.
Dalam catatan sejarah Belanda, De West Op Toradjas yang ditulis Alb. C. Kruyt terbitan tahun 1938, menyebutkan bahwa penduduk Lai itu dulu bersamaan penduduk Karapea meninggalkan kampung itu. Penyebabnya sesuai mitologi disebabkan adanya serangan ikan sori ke permukiman penduduk. Mereka pindah ke Ganti, kini salah satu kelurahan di Donggala yang jauh dari pantai.
Mengenai sebutan Kampung Bente yang tidak lagi masuk peta, kini dikenal sebagai Desa Kola-Kola di Banawa Tengah, masih dihuni penduduk dengan jumlah yang cukup besar.
Lain halnya dengan sebutan kampung Kanggiuhi yang sejak pemerintahan Belanda sudah ditinggalkan penduduk karena turun bermukim di Kabonga dan Ganti sebagai cikal-bakal perkampungan baru. Begitu pula sebutan kampung Kayunaya hilang dalam peta seiring tidak lagi jadi permukiman.
“Yang menarik di Kanggihui itut erdapat makam Gonenggati, tokoh pemimpin orang Kaili di zaman dahulu. Keberadaan kubur itu dikeramatkan Sebagian orang sebagai salah satu bukti di kawasan di atas gunung wilayah Kabonga itu dulu merupakan pusat permukiman,” jelas Andrifal.
Menurut Andrifal, untuk mengetahui kembali kampung-kampung tua yang pernah jadi permukiman zaman dahulu, sebaiknya dilakukan penjejakan kembali.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay