OLEH : Abdurrahman bin Abdillah bin Muhammad Aldjufrie*
Mencoba melihat, mengamati perjalanan panjang perguruan Islam Alkhairaat. Wadah pendidikan yang didirikan Al-Alimul Allamah Alhabib Idrus bin Salim Aljufri ini memiliki tiga misi utama, yaitu pendidikan, dakwah dan sosial.
Alkhairaat adalah nama yang diilhamkan Allah SWT kepada Guru Tua untuk menamakan lembaga pendidikan yang didirikannya.
Alkhairaat disebutkan di 9 ayat dalam Al-Qur’an pada 7 Surah. Nama ini kemudian mendapatkan isyarat restu Baginda Nabi Muhammad SAW sewaktu perjalanan Guru Tua ke Mekkah dan berziarah ke Makam Rasulullah SAW.
Jelas, berkat keikhlasan, kesabaran dan ketabahan, Alkhairaat berkembang dan memiliki akar yang kuat, kokoh dan cabang yang menjulang.
Guru Tua berkata, Alkhairaat yang didirikannya telah sampai pada mata airnya, ibarat mata air yang tidak pernah kering, Alkhairaat terus memantapkan eksistensinya di tengah ummat.
PERJALANAN ALKHAIRAAT DARI MASA KE MASA
Alkhairaat resmi didirikan pada tahun 1930, namun Guru Tua telah memulai mengajar dan berdakwah di Lembah Palu dan Indonesia bagian timur sejak 1928 dari rumah ke rumah dengan keadaan seadanya.
Seiring perjalanan waktu, anak beliau Habib Muhammad dan cucu beliau, Habib Saggaf turut datang ke Kota Palu, setelah Guru Tua bersama murid-murid beliau melakukan berjalanan bersama ke Pulau Jawa.
Sejak itu, misi dakwah Guru Tua telah dibantu oleh anak beliau Habib Muhammad dan cucu, Habib Saggaf. Anak dan cucu memiliki peran masing-masing.
Di waktu berikutnya, menyusul cucu beliau yang lainnya, Habib Abdillah, yang kemudian mengganti peran Habib Saggaf membantu Guru Tua bersama ayahandanya, Habib Muhammad, ketika Habib Saggaf melanjutkan pendidikan ke Al-Azhar Kairo, Mesir hingga tahun 1968, setahun sebelum Guru Tua tutup usia.
KEPEMIMPINAN ALKHAIRAAT PASCA WAFATNYA GURU TUA
Sepeninggal Guru Tua, tampuk kepemimpinan Alkhairaat dipegang oleh putra beliau, Habib Muhammad bin Idrus Aljufri yang telah dipersiapkan dan mendapatkan pujian khusus oleh ayahandanya melalui gubahan syair.
Pada masa itu Habib Muhammad tidak sendiri, sama dengan periode masa Guru Tua, Habib Muhammad dibantu oleh 2 putra beliau, Habib Saggaf dan Habib Abdillah yang memiliki fungsi dan peran masing-masing.
Di Tahun 1976, Habib Muhammad bin Idrus Aljufri pun wafat. Kepemimpinan Alkhairaat berikutnya dipimpin oleh anaknya, Habib Saggaf Aljufri.
Sebuah sirkulasi sejarah yang berulang untuk yang ketiga kalinya. Habib Saggaf pun tidak sendiri. Beliau dibantu oleh 2 adiknya, Habib Abdillah dan Habib Alwi.
Pada periode ini Alkhairaat melesat hingga 1.700 cabang lebih. Ketiga kakak beradik yang dibebankan amanah begitu berat ini, saling mengisi, mendukung dan menjaga satu sama lainnya.
Pada masa ini, berbagai masalah, tantangan, hambatan dan hantaman dari dalam dan luar bergelombang silih berganti, namun Alhamdulillah dapat dilalui dengan kesabaran dan ketabahan.
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka (at Thalaq 2-3)
Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya dia memberikan kemudahan baginya dalam urusannya (at Thalaq 4)
Di masa ini pun, ketiga kakak beradik ini pun memiliki peran masing-masing yang saling melengkapi. Kalau saya mengibaratkan seperti sepakbola, penyerang, playmaker dan back sebagai benteng pertahanan.
Habib Saggaf playmaker yang mengatur semuanya, adiknya Habib Abdillah yang masuk hingga ke pelosok, dakwah dan inspeksi sekolah. Habib Saggaf sebagai pemimpin tertinggi yang memutuskan hal-hal strategis komplit mengisi seluruh peran.
Dari kedua adiknya ini lahir 2 badan otonom Alkhairaat yang membantu PB Alkhairaat. Habib Alwi benteng Alkhairaat, sosok tegas dan dermawan, jangan pernah usik Alkhairaat dan kedua saudaranya karena beliau pasti berada di depan.
Kediaman beliau tempat berkumpulnya pemuda-pemuda Alkhairaat yang kemudian dari kediaman beliau semangat pemuda Alkhairaat mendirikan Himpunan Pemuda Alkhairaat dan didukung penuh oleh Habib Alwi dan mendapat restu kakandanya habib Saggaf. HPA yang pada masa awalnya sangat membantu Peran Pengurus Besar Alkhairaat.
Melihat potensi peran wanita, Habib Abdillah melalui Pengurus Besar Alkhairaat kemudian melahirkan Wanita Islam Alkhairaat sebagai badan otonom dalam tubuh perguruan Islam Alkhairaat.
Selang beberapa waktu, lahir dan berkembangnya Wanita Islam Alkhairaat, tokoh-tokoh wanita menghadap Habib Abdillah meminta agar Ketua Wanita Islam Alkhairaat (WIA) diberikan kepada tante beliau, Syarifah Sadiah yang kemudian bersama beliau berdakwah hingga akhir hayat Syarifah Sadiah.
Kelengkapan ketiga kakak beradik putra Habib Muhammad bin Idrus Aljufri adalah sebuah harmonisasi yang mengokohkan peran dan misi Alkhairaat menghadapi barbagai masalah dan rintangan pada masanya. Hingga saya mengibaratkan 1 badan dua sayap yang saling melengkapi.
Dari 5 anak laki-laki Habib Muhammad, Habib Alwi wafat pada tahun 2002, disusul 4 tahun berikutnya Habib Abdillah di tahun 2006.
Ditinggal kedua adiknya, Habib Saggaf tidak sendiri melanjutkan amanah yang diembannya, hadir 2 energi baru.
Baliknya kedua adik beliau lainnya, Habib Ali dari Malaysia setelah sekian lama berada di negeri jiran tersebut. Pun dengan Habib Shaleh dari Brunai Darussalam untuk membantu kakandanya Habib Saggaf.
Hadirnya kedua adik beliau menggantikan 2 sayap yang telah kembali setelah menyelesaikan amanah dan tanggung jawabnya.
Fase ke empat ini yang berurut sama sejak awalnya menyadarkan kita pada doa Guru Tua di awal menaungi perjalanan panjang perguruan Islam Alkhairaat yang terjaga dan terpelihara.
3 Agustus 2021, Habib Saggaf berpulang untuk selamanya. Kini Habib Ali yang tertua untuk kita dengar nasehat-nasehatnya.
Dari rentetan sejarah di atas, hanya Allah SWT yang bisa menciptakan skenario perjalanan sejarah dari satu masa ke masa seperti telah tertata rapi yang tidak lain kesemuanya doa Guru Tua serta restu Baginda Nabi Muhammad SAW.
Jaga Alkhairaat
Kembangkan Alkhairaat
Kalian akan berkah di Alkhairaat
Alkhairaat milik umat Islam
*Penulis adalah Mantan Ketua HPA Wilayah Sulteng