Sayid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua) : Sang Tokoh Pendidikan yang Inspiratif dan Visioner

oleh -
  • Filosofi dan Konsep Pendidikan Guru Tua

Bertolak dari beberapa syair Guru Tua tersebut diatas kita dapat merumuskan bahwa filosofi dan konsep pendidikan  Guru Tua  adalah membentuk manusia humanis yang berilmu, berakhlak mulia, berjiwa kebangsaan dalam rangka mengabdi kepada Allah swt.

Konsep pendidikan humanis adalah pendidikan yang berusaha memanusiakan manusia, dimana tidak hanya membangun kecerdasan pikirannya (otak) manusia semata tetapi juga membangun dan mengembangkan ruh (jiwa dan raganya). Keterpaduan tiga unsur tersebut secara utuh pada diri manusia akan melahirkan orang-orang yang dapat memahami nilai-nilai keimanan, kemanusiaan dan nilai-nilai budaya dalam hubungan sosial dan pendidikan di masyarakat.

Suasana shalat jenazah Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri. (FOTO: DOK. MEDIA ALKHAIRAAT)

Guru Tua mengembangkan Alkhairaat memang memiliki sejarah yang unik dan menarik sebab bagaimana mungkin seorang Guru Tua yang belum lancar berbahasa Indonesia serta keterbatasan dana (materi) dan sumber daya manusia (SDM), belum adanya tempat belajar dan fasilitas lainnya (sarana dan prasarana) ditambah lagi dengan transportasi (kondisi sosial-geografis) yang sulit dijangkau, tetapi tidak membuat Guru Tua patah semangat dan berhenti berdakwah. Beliau memahami betul kondisi masyarakat yang masih hidup dalam kebodohan dan keterbatasan ilmu dan pengetahuan agama. Masyarakat perlu segera diangkat derajatnya dengan gerakan dakwah dan pendidikan agar mereka dapat bangkit dari ketertinggalan khusunya dalam peningkatan iman dan takwa kepada Allah swt.

Pada awal-awal mendirikan Alkhairaat, sistem penerimaan murid di Alkhairaat dilakukan sendiri oleh Guru Tua dengan sistem jemput bola. Beliau bergerak dari rumah ke rumah, desa ke desa untuk mencari murid belajar di Alkhairaat. Para calon murid tersebut di tampung di rumahnya, dibiayai dan tentu saja kebutuhan hidupnya  juga ditanggung sendiri oleh beliau.

Setelah murid-murid nya dianggap pandai dan cakap oleh Guru Tua, para murid tersebut lalu dikirim ke berbagai daerah dan kampung untuk mengajar dan tentu saja jauh dari kampung asalnya. Mereka pergi dengan keberanian dan percaya diri, ikhlas tanpa mengharapkan gaji. Inilah langkah-langkah, proses dan upaya untuk memanusiakan manusia, yang dibangun dari kekuatan jiwa dan rohani serta kedalaman spritual sang Guru kita. Sebagian orang mungkin terkadang memahami bahwa itulah kerja-kerja ajaib Guru Tua jika tanpa mencoba menempatkannya dalam konteks sejarah pada zamannya.

Proses pertumbuhan dan perkembangan awal Alkhairaat memang dimulai dari generasi pertama murid Guru Tua yang disebut sebagai “bakuratul khairat”, kemudian diikuti oleh murid-murid berikutnya ke murid berikutnya. Mereka ini adalah pasukan (pionir) utama Alkhairaat, selain siap dikirim mengajar ke berbagai daerah dan kampung-kampung tertentu, Guru Tua juga menggilir (memindahkan/merotasi) mereka untuk mengajar ke tempat-tempat yang baru sesuai kebutuhan dan permintaan masyarakat.

Sistem dan cara-cara pengembangan Alkhairaat seperti yang dilakukan Guru Tua pada masanya dengan sistem pemindahan (merotasi) guru-guru yang sudah lama mengajar di tempatnya kemudian dipindahkan ke tempat yang baru dibuka madrasah. Langkah ini dilakukan agar dapat mempercepat perluasan dan pemerataan pendidikan di masyarakat, sekaligus Guru Tua bermaksud menggerakan guru senior untuk membina dan menggerakan guru baru lainnya. Strategi Guru Tua ini, memiliki kesamaan dengan konsep dan sistem pengembangan serta pemerataan mutu pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah saat ini, yang disebut dengan program guru penggerak dan program Indonesia mengajar. Hal itu menunjukan bahwa Guru Tua telah lebih awal mempelopori program guru penggerak dan gerakan Indonesia mengajar ke berbagai daerah di Indonesia timur.

Keberhasilan Guru Tua mengirim murid-muridnya menjadi guru ke daerah dan kampung-kampung, tidak terlepas dari sistem dan cara-cara beliau dalam mengajarkan ilmu pada murid-muridnya. Salah satu cara dan metode pembelajaran yang dipakai Guru Tua di Alkhairaat adalah menggunakan pembelajaran model “peer teaching” yaitu pembelajaran antar sesama murid (tutor sebaya) dimana murid yang senior mengajar kepada murid junior. Melalui sistem ini maka terjadi pola dan hubungan (relasi) keakraban guru dan murid dengan prinsip, belajar sambil mengajar dan mengajar sambil belajar.

Sistem dan metode pembelajaran “peer teaching” seperti telah dipraktekan Guru Tua, telah menjadi pilihan (solusi) pembelajaran moderen saat ini, baik pada pendidikan formal di sekolah maupun non formal di masyarakat (Miller 1989, Jan Collingwood 2011). Metode peer teaching selain dapat mengembangkan bakat dan minat belajar, juga mampu menciptakan suasana belajar yang interaktif, kreatif serta terbangunnya karakter pembelajar.

Filosof Yunani seperti Aristoteles (384-322 SM) juga menggunakan metode peer teaching dalam pembelajaran kepada murid-muridnya. Salah seorang murid Aristoteles yang kemudian terkenal di dunia adalah Alexander Agung seorang pemimpin militer jenius yang pernah menaklukan seluruh Yunani, Afrika utara dan Timur tengah.

Dengan metode peer teaching pula Guru Tua berhasil mengkader murid-muridnya, dan telah sukses menaklukan kebodohan, ketertinggalan masyarakat Sulawesi Tengah dan Indonesia timur pada umumnya dari ilmu pengetahuan khusunya ilmu-ilmu agama. Beliau berhasil membangun watak, moral, karakter dan akhlakul karimah, sehingga abna Alkhairaat banyak yang sukses menjadi ulama, cendekiawan, pengusaha, juga politisi dan pejabat birokrasi. Hal terpenting dari semua itu adalah Guru Tua telah mewariskan bagi umat untuk madrasah dan sekolah mulai dari jenjang pendidikan PAUD sampai Perguruan Tinggi (PT) yang telah berkontribusi penting bagi pembangunan umat, masyarakat, bangsa dan negara.

Selanjutnya memasuki awal abad 21 sistem pembelajaran peer teaching barulah mulai diterapkan dalam pendidikan formal dan pendidikan non formal di Indonesia. Metode pembelajaran yang ditengarai sebagai metode moderen saat ini,  ternyata telah  dipraktekan Guru Tua sejak sekitar tahun 1930-an. Walau mungkin beliau sendiri tidak menyadari kalau yang dilakukannya masa itu adalah sebuah metode pembelajaran moderen untuk masa sekarang. 

Visi Guru Tua yang selalu jauh kedepan membuat beliau terus berinovasi (menciptakan terobosan baru) seperti diversifikasi pendidikan (membuka jenis dan jenjang pendidikan baru yang beragam) di Alkhairaat dimana pada masa sekarang menjadi keharusan bagi setiap institusi pendidikan jika ingin terus bertahan (survive). Sehingga sejak masa Guru Tua, Alkhairaat kemudian dikembangkan tidak hanya membina madrasah (sekolah agama) tetapi juga membuka pendidikan keguruan, seperti PGA, juga Sekolah-sekolah umum (SR, MLP/SMP dan MLA/SMA) bahkan Perguruan Tinggi (PT). Hal ini menunjukan kalau Guru Tua memahami benar kondisi dan kebutuhan masyarakat serta jangka panjang Sulawesi Tengah dan Indonesia.

Keputusan mendirikan Perguruan Tinggi Alkhairaat tahun 1964, dapat dimaknai sebagai bagian dari bentuk visi Guru Tua untuk Indonesia maju, sebab salah satu ukuran kemajuan suatu bangsa dilihat dari perkembangan dan kemajuan pendidikannya khusunya bidang Pendidikan Tinggi.

Transformasi manajemen Guru Tua dalam pengelolaan pendidikan Alkhairaat yang kemudian melahirkan dan dikenal sebagai sistem dan metode pembelajaran moderen pada masa sekarang seperti; guru penggerak, Indonesia mengajar, peer teaching dan konsep diversifikasi pendidikan pada masanya, penting untuk dijadikan inspirasi bagi kita semua, agar Alkhairaat di masa depan juga terus bergerak maju dan bertransformasi sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan sains dan teknologi dengan tanpa meninggalkan konsep dasar sebagai ciri dan identitas ke Alkhairaatan.

Sistem transformasi manajerial Guru Tua telah banyak melahirkan orang-orang hebat (Sumber daya manusia yang bermutu) dari murid-muridnya. Beliau adalah konseptor pendidikan yang visioner. Guru Tua adalah tokoh yang memiliki pandangan jauh kedepan dalam membentuk manusia yang berkarakter kuat, muslim yang berbudi pekerti luhur dengan pengetahuan dan ilmu agama yang tinggi, dan telah menjadi kenangan yang mendalam, terpatri pada jiwa umat dan juga bagi semua murid-muridnya serta segenap abna Alkhairaat.

Keberhasilan Guru Tua membentuk manusia yang berakhlak dan berilmu ditengah keterbatasan sumber-sumber belajar pada zamannya, tentulah karena bertolak dari satu niat yang ikhlas dan kelapangan jiwa yang tinggi untuk sebuah cita-cita mulia menggapai ridha Allah swt.

Guru Tua adalah ahli takwa, lentera ilmu yang tidak diragukan serta kedalaman pengetahuan, ketinggian akhlak dan budi pekertinya yang bersambung dari ayahandanya alhabib Salim bin Alwi Aljufri dan seterusnya pada kakeknya hingga sampai pada baginda rasulullah saw telah menjadi kekuatan khusus dalam menggapai kesuksesan misinya.

Akhlak dan ilmu merupakan dua hal utama yang menjadi pegangan Guru Tua yang telah diwariskan kepada zuriat, para guru dan segenap abna alkhairaat. Dengan ilmu dan akhlak manusia akan meraih kemuliaan kata Guru Tua. Demikian filosofi kuat yang menjadi landasan berkembangnya Alkhairaat. Meninggikan akhlak merupakan faktor penting dan mendasar bagi seorang Guru Tua.

Prinsip dasar dan filosofi Guru Tua ini tentu sejalan dengan misi kerasulan yang dibawah oleh rasulullah Muhammad saw, yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. “Sesungguhnya Aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia “