Di daerah khusus penempatan Pipikoro, lanjut Anwar, masih membaca sambutan Bupati, PM diharapkan berkolaborasi dengan berbagai pihak, menjadi guru bagi anak-anak dengan mengajar kreatif serta mengenal lebih dalam konteks akar rumput Indonesia melalui interaksi-interaksi dengan masyarakat.
Ia melanjutkan, kualitas pendidikan dalam suatu wilayah bahkan daerah tidak terlepas dari kolaborasi semua pihak.
“Sekali pun dari pemerintah pusat dan pemda terus mendorong peningkatan mutu pendidikan, kalau tanpa partisipasi, tanpa peran serta, tanpa dorongan, tanpa kolaborasi dari saudara-saudara saya, orang tua-orang tua saya yang ada di Kecamatan Pipikoro, ini akan sia-sia semuanya. Keberhasilan, kemajuan, itu lebih cepat kita capai, bisa kita raih dengan kolaborasi, artinya kita dapat bekerja sama,” sambung Kepala Disdikbud.
Bentuk kerja sama itu menjadi harapan dari Anwar, agar kegiatan serupa sarasehan pendidikan dan Pasiar Ngata dilanjutkan sekalipun para PM sudah tidak bertugas di Sigi, sebab telah berakhir kontrak dengan daerah, yakni 5 tahun.
“Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut, bukan hanya dalam bentuk rapat-rapat komite tanpa ada penjaringan dari aspirasi orang tua siswa dan aspirasi dari masyarakat desa. Dan harapannya kegiatan ini terus berlanjut untuk menjaring aspirasi dalam menentukan kebutuhan dasar dalam bidang pendidikan,” harapnya ketika diwawancara terpisah, usai pembukaan kegiatan.
Dalam diskusi potensi pendidikan di Porelea, beberapa hal disoroti dan dipetakan menjadi kekuatan dan potensi, di antaranya swadaya masyarakat, penganggaran honor, dan dukungan wali murid.
Potensi yang ditemukan di Desa Topo Uma tersebut, antara lain pemberian beasiswa dari desa dan kabupaten yang dapat dianggarkan dari APBD/APBDes, membentuk forum komunikasi antara wali murid, lembaga adat, dan sekolah guna mengeliminasi kenakalan anak akibat pergaulan bebas, serta anak desa kembali ke desa sebagai teladan dan motivasi untuk generasi penerus.
Menanggapi hal tersebut, Kadis Pendidikan menyampaikan beberapa program pemda yang dapat diakses seperti program masagena, satu kecamatan datu dokter, juga beasiswa S1 Pertanian di Institute Pertanian Bogor (IPB), beasiswa di STT Bala Keselamatan.
Berbagai program pemda ini dapat membantu masyarakat yang memiliki ekonomi rendah untuk menyekolahkan anak-anak mereka, mengingat hasil pertanian di kampung yang tersembul di atas pasak bumi itu adalah kakao, dan kopi meski tidak banyak sebagaimana David Tampubolon, Jurnalis The Jakarta Post menulis tentang kehidupan perekonomian di Porelea.
“Pertama, ada beasiswa jenjang SMP, SMA. Untuk yang muslim, kita MoUnya dengan pondok pesantren, nah kalo untuk yang kristen, kita bekerja sama dengan Bala Keselamatan yang ada di Kalawara. Kedua, kita juga ada MoU dengan STT (Sekolah Tinggi Teologi) Bala Keselamatan yang ada di Towua. Jika yang muslim ada 20 orang yang diterima, yang kristen juga begitu, harus sama alokasinya,” ungkap Anwar.