DONGGALA – Ide ini muncul ketika pada tahun 2008 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Donggala memprogramkan kebersihan kota untuk target meraih Piala Adipura. Program ini menjadi peluang bagi seorang pengarjin sapu lidi bernama Ismail Husen.
Tak hanya sekadar melihat peluang, bersamaan dengan itu juga muncul sebuah ide baru dari pria yang kala itu berusia 78 tahun untuk memodifikasi sapu lidi yang selama ini dibuatnya. Agar nyaman dipakai, ia menambahkan gagang berupa kayu pegangan untuk memudahkan orang memakai sapu.
“Melihat hasil kreasi sapu saya yang praktis dipakai dan tahan lama, maka ketika itu mulai banyak yang memesan terutama dari kelompok yang menangani kebersihan. Saya pun memproduksi setiap hari hingga stoknya banyak,” ungkap Ismail kepada media ini, Ahad (10/04).
Ia mengatakan, ide awal membuat sapu lidi juga muncul setelah melihat banyaknya daun kelapa yang berjatuhan setiap hari di belakang rumahnya. Daun kelapa itu hanya menjadi sampah dan biasanya hanya dibakar. Melihat itu, maka dibuatnya beberapa ikat sapu lidi secara sederhana.
Jika selama ini lebih banyak sapu lidi yang dijual memakai tali atau karet di bagian pangkalnya, namun Ismail membatnya dengan kreatif dan artistik. Pengikatnya bukan tali, melainkan ditancapkan secara teratur pada kayu sekepal yang bagian tengahnya dibuatkan beberapa lubang kecil.
Di lubang-lubang kecil yang dibor itulah lidi-lidi dimasukkan. Bentuknya mirip dengan model sapu ijuk, memiliki gagang panjang tempat memegang saat digunakan. Cuma saja yang membedakan, sapu ijuk untuk dipakai dalam rumah dan sapu lidi ini digunakan untuk halaman rumah, halaman perkantoran atau taman kota.
“Ketika dipakai juga terasa nyaman orang yang menyapu tak perlu membungkuk seperti saat memakai sapu lidi biasa,” katanya.
Karena susunan lidi diatur secara teratur dan tertancap kuat dalam lubang kayu yang dibentuk pipih, selain banyak sampah bisa tersapu, penggunaannya juga lebih efektif ketimbang sapu lidi yang selama ini dipakai petugas kebersihan kota yang hanya diikat biasa.
“Kalau sapu buatan saya ini, selain cepat dipakai saat menyapu juga lebih praktis,” ungkap Ismail.
Dalam sepekan ini, kata dia, sudah banyak yang datang membeli sebelum dipasarkan hanya karena kebetulan saja pemesan tertarik saat melihat sapu lidi kreasi itu. Bahkan sebuah pemilik kios di Donggala beberapa kali memesan untuk dipasarkan.
Menariknya lagi sejak ia membuat sapu lidi dengan bentuk sapu ijuk ini, pesanan juga mulai berdatangan karena banyak yang tertarik.
“Bukan saja para tetangga yang berminat tetapi sudah beberapa pedagang sapu yang ada di Donggala datang memesan untuk dipasarkan lagi. Harganya antara Rp10 ribu hingga Rp15 ribu,” kata Ismail.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay