SAMPAH masih menjadi problem bagi setiap kota atau daerah, ada banyak sampah dihasilkan setiap harinya dalam setiap rumah tangga.
Untuk menghilangkan sampah sama sekali suatu hal muskil dilakukan, tapi untuk meminimalkan sampah itu bisa dilakukan.
Seperti dikerjakan oleh kelompok Lolu kreatif dari Kelurahan Lolu Utara, Kecamatan Palu Timur Kota Palu. Di tangan mereka, dinahkodai Srianti, sampah-sampah plastik utamanya seperti air mineral gelas, teh gelas, kopi dan lainnya, diubah menjadi barang daur ulang bernilai ekonomi.
Produk-produk dari kelompok Lolu kreatif ini berupa tas, tempat tisu, tempat permen, tempat air mineral dan sofa.
“Harganya mulai dari puluhan ribu sampai ratusan rupiah,” kata Srianti saat berada di Boothnya pada Market Event 2022, Festival Produk Alternatif dan daur ulang di selenggarakan IBU Fondation, bertempat di Lapangan Hunian Tetap (Huntap) Duyu, Kelurahan Duyu Kota Palu mulai Sabtu (24/9) sampai dengan Ahad (25/9).
Ia mengatakan , untuk setiap jenis produknya dibuat masing-masing anggota kelompok. Ia sendiri kebagian membuat tas dan tempat air gelas mineral.
Bahkan pakaian dikenakan Srianti sendiri dari sampah daur ulang dari karung-karung bekas , yang dirancang menjadi busana dan ditambahkan aksesoris lainnya.
Kini dari hasil produk mereka terkendala pemasaran, olehnya IBU Fondation memberikan pelatihan digital marketing.
“Sejak mendapat dampingan dari IBU Fondation kami diajarkan pemasaran digital (digital marketing) seperti membuat Instagram,” pungkas Srianti.
Di tempat sama, Project Manager Plastic , Reduction Project Lerivia Maharani mengatakan, kegiatan ini merupakan pemasaran dari produk-produk daur ulang kelompok alternatif.
“Kelompok daur ulang dan alternatif ini kita dampingi sejak 2019,” kata Lerivia.
Dan memang kata dia, mereka berdiri dengan tujuan mengurangi sampah plastik yang ada di kota Palu dan di Kabupaten Sigi.
Ia mengatakan, sebenarnya kelompok daur ulang itu berada di bank sampah. Jadi mereka memiliki delapan bank sampah, masing-masing empat di kota Palu dan empat di Kabupaten Sigi.
“Jadi event market ini untuk memasarkan produk-produk ke masyarakat luas,” ucapnya.
Ia mengatakan lagi, mereka bisa menginisiasi perubahan perilaku, sebab untuk produk-produk alternatif pengganti plastik sekali pakai belum familiar bagi masyarakat Kota Palu dan Kabupaten Sigi.
“Jadi sekaligus kampanye untuk mengurangi plastik sekali pakai,” sebutnya.
Ia menambahkan, desa/kelurahan dampingan IBU foundation sendiri kota Palu diantaranya kelurahan Lolu Utara, Birobuli Selatan, Tondo dan Kelurahan Taipa. Sedangkan Kabupaten Sigi berada di desa Mpanau, Bangga, Beka dan desa Sibalaya Utara.
“Delapan kelompok bank sampah, delapan kelompok daur ulang dan empat produk alternatif, totalnya 20,” katanya.
Ia mengatakan, sampah plastik dihasilkan bank sampah selama masa Pandemi Covid -19 sampai kini masa pendampingan sekitar Rp20 juta. Dan masing-masing bank sampah dapat mengelola sekitar 1 ton sampah.
Untuk saat ini kata dia, tantangan dihadapi oleh kelompok daur ulang adalah pemasarannya, sebab pasarnya belum tersedia.
Olehnya, menurutnya, inilah salahsatu menjadi tujuan diadakannya market event membuka pasarnya. Selama ini mereka juga telah mencoba menghubungkan pemerintah dengan kelompok baik dukungan peningkatan kapasitas seperti bersama PLUT Sigi melatih manajemen pemasaran, digital marketing dan sebagainnya.
“Makanya kita fokus menghubungkan kelompok dan pemerintah baik level desa, Kelurahan maupun dinas,” tuturnya.
Ia menambahkan, mereka juga mengadvokasi ke Pemerintah desa/kelurahan/ Kabupaten/ Kota, bagaimana kelompok ini bisa mendapatkan slot anggaran supaya ketika mereka tinggalkan, bisa mengakses dana tersebut untuk memutar modal.
” Sebab sudah ada perbup Nomor 2 tahun 2022 dan perwali nomor 40 tahun 2021 pengurangan sampah plastik sekali pakai,” ujarnya.
Market Event ini juga sekaligus mengkampanyekan kebijakan pengurangan sampah plastik sekali pakai,” imbuhnya. (IKRAM)