PALU – Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Palu, Ibnu Mundzir, mengungkapkan, sesuai data yang ada di SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), sampah yang bersumber dari sisa makanan, khususnya dalam proses konsumsi dan distribusi di Kota Palu, mencapai 70 persen.
“Ini tergolong besar di atas rata-rata nasional,” sebut Ibnu, saat menjadi salah satu narasumber Talkshow “Food Waste Food Wise”, di Palu, Sabtu (14/12).
Kata Ibnu, perlu upaya bersama untuk menurunkannya, melalui serangkaian edukasi, publikasi dan regulasi lokal.
“Harapannya, Kota Palu bisa berkontribusi dalam perwujudan asta cita pemerintahan Presiden Prabowo, melalui kedaulatan pangan dan peningkatan kesejahteraan. Hal ini sejalan dengan tujuan SDG’s,” kata Ibnu Mundzir.
Wakil Wali (Wawali) Kota Palu, dr. Reny A. Lamadjido, dalam pemaparannya, menjelaskan, food waste merupakan limbah makanan yang masih layak dikonsumsi. Tetapi, limbah tersebut tidak dimanfaatkan atau terbuang dalam proses produksi, distribusi, hingga konsumsi.
Menurutnya, food waste penting untuk dikelola, karena memiliki dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan, termasuk lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Kata dia, salah satu dampak lingkungannya seperti, limbah makanan yang terbuang, menghasilkan gas metana saat membusuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sehingga berkontribusi pada perubahan iklim.
“Sementara dari segi dampak ekonomi, salah satunya adalah limbah makanan menyebabkan kerugian besar di sektor rumah tangga, bisnis, dan nasional,” bebernya.
Di samping itu juga, tambah Reny, food waste mengancam keberlanjutan sistem pangan global, terutama dalam menghadapi pertumbuhan populasi.
Lebih lanjut Reny mengatakan, kebijakan Pemerintah Kota (Pemkot) Palu dalam mengurangi sampah makanan yakni Wali melalui dokumen Jakstrada Kota Palu, merancang strategi pengelolaan sampah rumah tangga, termasuk edukasi untuk mengurangi sampah makanan di tingkat rumah tangga.
Reporter : */Hamid
Editor : Rifay