Salah Kaprah Tuduhan Plagiat

oleh -
Ilustrasi Plagiarisme di Kampus Untad

OLEH: Muhammad Nasrum, S.Sos., M.Sc*

Tulisan ini dimaksudkan sebagai hak jawab saya atas tuduhan atau dugaan plagiat yang dimuat di media ini pada Senin 27 Desember 2021 dengan judul “Anggota KPK Untad Plagiat”.

Benar bahwa pada tanggal 26 Desember atau sehari sebelum tulisan tersebut dimuat, salah seorang anggota AMT-ATM atas nama Ahmad Usmar telah menyampaikan undangan digital melalui pesan WA pribadi. Saat itu karena kesibukan riset yang sedang saya lakukan, tidak memungkinkan untuk menanggapi panjang lebar atas permintaan klarifikasi melalui undangan tersebut, namun hanya dapat memberi komentar singkat dan nasehat kepada Ahmad Usmar.

Selain memang sibuk, saya juga tidak melihat urgensi AMT-ATM, apakah lembaga ini legal, “kok Anak Terminal Mamboro (ATM) berkantor di Lantai 3 Rektorat UNTAD seperti yang tercantum dalam undangan, ada hal apa? Hehe..” punya legitimasi moral-sosial, dan seterusnya.

Setelah itu saya dikabari hasil kerjaan anak-anak tersebut melalui media online illegal, demikian menurut penilaian salah seorang anggota Dewan Pers, sehingga saya mengabaikannya begitu saja, hingga mengetahui dari seorang kawan pekerja pers bahwa berita yang sama telah dimuat di media online ini, sehingga saya menyempatkan untuk memberikan tanggapan.

Sebenarnya cukup dengan satu pertanyaan yang muskil dijawab oleh para anak muda tersebut: “dugaan plagiat tersebut terdapat di jurnal apa?”

Pertanyaan ini dapat dipastikan sulit untuk dijawab, karena SSRN yang merupakan kepanjangan dari Social Science Research Network bukanlah sebuah jurnal atau berkala ilmiah, yang ketat dengan persyaratan dan ketentuan tertentu, termasuk keharusan melalui proses peer review atau telaah sejawat, dan tidak memiliki DOI atau Digital Object Identifier dan tentu tidak akan pernah menjadi sumber perhitungan dalam Penilaian Angka Kredit (PAK) dosen, dan sebagainya, dan seterusnya.

SSRN bagi Saya tak lebih dari sekadar blog ilmiah global di mana berbagai gagasan awal hingga agak serius dapat diwadahi atau sebagai ajang diskusi secara instan dan tanpa biaya sepeserpun.

BACA JUGA :  Dugaan Korupsi Alat Lab Untad, Kejati Sita Rp3 Miliar dari Direktur SBA

Saat itu, sepengetahuan saya, SSRN adalah garba ilmiah independen sebelum diakuisisi oleh Elsevier pada pertengahan 2016. Sehingga andai saat ini pun Anda atau siapapun bermaksud mengunggah sebuah tulisan di dalamnya dapat termuat dan tampil secara serta merta hanya dengan mendaftar sebuah akun, sesederhana itu.

Itu sekadar catatan terhadap SSRN, namun perlu pula ditambahkan konteks historis munculnya tulisan dimaksud.

Pada tanggal 1-6 April 2013, Saya diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah konferensi internasional oleh sebuah forum dan organisasi ilmiah dalam kajian Ilmu Ekonomi Inklusif bernama Institute for New Economic Thinking (INET), yang dilaksanakan secara pararel dengan agenda International Workshop organisasi kaum muda INET yaitu Young Scholar Initiative (YSI) 2-3 April 2013 bertempat di Intercontinental Hotel Hong Kong dengan seluruh kebutuhan biaya even internasional tersebut ditanggung oleh panitia melalui dukungan lembaga filantropi Open Society Institute (OSI) yang didirikan oleh George Soros, yang juga turut memberikan sambutan kunci pada even tersebut.

Saat itu turut hadir sebagai narasumber dari Indonesia Ibu Mari Elka Pangestu, mantan Menteri Perdagangan dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, yang sekarang menjabat sebagai Managing Director of Development Policy and Partnerships Bank Dunia.

Kami sempat berbincang-bincang seputar perkembangan dan isu-isu mutakhir ekonomi global, nasional dan regional, dan beliau cukup kaget karena yang hadir di YSI-INET adalah orang Indonesia asal universitas di daerah yang tidak cukup terkenal, dengan latar pendidikan bukan Ilmu Ekonomi murni melainkan Antropologi Ekonomi dan Kajian Pembangunan Kritis. Setelah bertukar kontak dan janji untuk tetap keep in touch kami pun disibukkan dengan agenda masing-masing di even tersebut.

Dalam workshop selama dua hari, para peserta diarahkan oleh instruktur untuk menyusun sebuah draf kasar sejenis working paper, atau sebenarnya lebih tepat disebut dengan references compilation atau discussion paper, melalui kelompok masing-masing yang dibentuk berdasarkan topik dan peminatan.

BACA JUGA :  Mencari Jejak Identitas Kaili Rai di Tengah Arus Modernisasi

Kebetulan, saat itu Saya diminta untuk memimpin salah satu kelompok dengan sub-topik: Development and Growth beranggotakan para kolega pelajar yang berasal dari Asia Selatan, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara.

Dalam kegiatan 2 hari tersebut sebagian besar pekerjaan anggota group adalah mengkompilasi berbagai literatur dan mencoba melakukan sistematisasi berdasarkan topik yang berfokus pada kasus Indonesia.

Bahan yang Saya coba rangkai sebagian besar bersumber dari hasil analisis Profesor Emil Salim, yang mana menurut pandangan Saya, yang pernah berdiskusi langsung dengan begawan Ekonomi Lingkungan Indonesia ini, penting untuk menjembatani isu kemiskinan, pertumbuhan, dan desentralisasi di Indonesia.

Sementara kolega lainnya memasukkan berbagai hasil literatur yang menurut hemat mereka relevan dalam menjelaskan keterkaitan antar-isu tersebut.

Hasil dari kerja kompilasi ini, yang tak lain sebagian besar muatannya adalah bahan mentah referensi yang coba distrukturisasi berdasarkan isu, tentu saja sekedar didisplay dalam dokumen tersebut dengan penyuntingan seadanya sesuai kebutuhan 2 hari.

Bagi penulis artikel serius, alokasi waktu selama 2 hari tersebut tentu saja sangat tidak memungkinkan untuk melahirkan sebuah artikel ilmiah, apalagi untuk level internasional.

Sedikit melanjutkan, kesepakatan internal kelompok saat itu, sesuai arahan workshop, agar hasil kerja kelompok dimuat dalam SSRN, yang nampaknya saat itu juga merupakan salah satu mitra even, SSRN telah menyiapkan dukungan akun bebas, dan kawan-kawan dalam satu grup bersepakat agar cukup nama Saya yang dicantumkan, karena tetap harus mencantumkan sebuah nama.

BACA JUGA :  BI Sulteng Beri Edukasi Kebanksentralan, CBP Rupiah, dan QRIS kepada Maba Untad

Terus terang dan sejujurnya, seiring waktu dan berbagai kesibukan Saya tidak pernah mengingat lagi apa yang disebut sebagai paper tersebut, hingga sekelompok anak muda yang menamakan diri mereka AMT-ATM menghubungi Saya melalui Ahmad Usmar, yang memang telah sejak lama Saya kenal secara pribadi, untuk melakukan klarifikasi tuduhan plagiat.

Mestinya jika ini perkara serius sebagaimana yang dituduhkan, maka sejak lama paper tersebut menghilang, karena sama sekali tidak memenuhi syarat artikel ilmiah sebuah jurnal.

Saya tidak akan marah, bahkan berterima kasih karena sebenarnya telah membantu mengingatkan Saya tentang proyek kolaboratif ilmuan sosial antar-negara yang potensial dikembangkan melalui ide awal keterkaitan antara konsep kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan desentralisasi atau otonomi daerah dalam konteks perbandingan antarnegara.

Proyek tersebut cukup lama terbengkalai karena tidak adanya kesesuaian waktu diantara para scholar.

Rencana proyek adalah salah satu hasil rekomendasi yang dapat dikerjakan, berpeluang memperoleh pembiayaan internasional, termasuk melalui lembaga filantropi milik opa Soros, yang di Indonesia dikelola melalui Yayasan TIFA.

UNTAD sebenarnya punya peluang memperoleh dukungan berharga tersebut bahkan melakukan loncatan kemajuan, Saya sendiri telah berulang kali mendatangkan berbagai ilmuan kaliber internasional, rujukan dunia, meski dengan dukungan yang sangat minim dari para pimpinan UNTAD, Rektor dan Mantan Rektor UNTAD tahu itu, kecuali mereka tidak jujur; seperti berbagai dugaan yang mengemuka belakangan ini: korupsi, oligarki, dan pelacuran intelektual.

Demikian yang dapat Saya kisahkan apa adanya sebagai sekadar tanggapan, mungkin anak muda AMT-ATM itu merasa cukup puas dan bahagia atas temuannya, silahkan saja.

Saya tidak ingin meletakkannya dalam kerangka hubungan yang emosional, apalagi ajaran agama berkata: “sebaik-baiknya amal perbuatan adalah memasukkan kebahagiaan di hati sesama.”

*Penulis adalah anggota Kelompok Peduli Kampus Universitas Tadulako (KPK-Untad)