PALU – Suasana haru menyelimuti ruangan di Gedung Almuhsinin, saat peluncuran (launching) buku berjudul Ibuku Bidadariku, karya emas Anggota Fraksi PKS DPR-RI, Hj Syarifah Sakinah Alujufri, Senin (01/05).
Suasana haru itu datang ketika Sakinah Aljufri menyampaikan selayang pandang serta latar belakang kenapa dia harus menulis buku, yang seluruh isinya menggambarkan dan menceritakan kembali kenangan bersama sang Ibu Hj Syarifah Lulu binti Idrus bin Salim Aljufri.
“Bagi saya, ibu adalah sosok yang penuh inspirasi. Kenangan bersama Beliau, adalah masa-masa terindah yang kami dan seluruh anak beliau alami. Masa perjuangan beliau serta bagaimana beliau begitu kuat menanamkan karakter, jujur, amanah, mandiri, tanggung jawab serta yang tidak kalah pentingnya jangan tinggalkan agama, dalam kondisi bagaimanapun,” tutur Sakinah.
Buku ini ditulis di tengah kesibukannya sebagai legislator di Senayan. Buku yang memiliki 126 halaman ini ditulis sejak sebulan setelah sang ibu wafat.
Launching dihadiri ratusan audiens dari Majelis Taklim se-Kota Palu, Sigi dan Donggala. Juga hadir pengurus Wanita Islam Alkhairaat (WIA) Palu, Donggala, Sigi dan Kabupaten Parimo. Selain itu, tampak pula kerabat Hj Sakinah, anak, menantu dan cucu.
Dalam buku, Ketua Majelis Syuro PKS, Dr Salim Aljufri yang juga kakak kandung Hj Sakinah, memberikan catatan pinggir.
Dr Salim kagum dengan daya ingat sang adik yang masih begitu kuat, saat-saat bersama sang Ibu. Di dalam catatan pinggir itu, mantan Menteri Sosial dan Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi itu, juga menceritakan sedikit pengalamannnya.
“Saya ingat betul, ketika itu di rumah tidak ada lagi beras yang mau dimasak. Lalu Ibu saya meminta saya memetik jeruk dan menjualnya. Setelah laku, uangnya saya belikan beras. Ketika berjalan pulang ke rumah, beras itu jatuh dan berserakan di pasir. Saya tetap memungutnya. Sampai di rumah, saya mengira ibu akan marah, Beliau ternyata tidak memarahi saya. Beliau dengan sabar membersihkan beras itu dengan telaten dan memasaknya, lalu kami makan bersama-sama dengan Aba dan seluruh saudara saya, termasuk Sakinah,” tulis Dr Salim.
Launching berjalan sukses, dengan dipandu Master of Ceremoni, Rayhannah Lamasitudju. Dengan apik, Kaka Rayhan, sapaan akrabnya, memandu acara dengan apik, tidak formal, serta tidak membosankan. Di pengujung acara, setelah pembagian cendramata, acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Ustadzah Nur’uyyun. *