Setelah mengganti pembungkus telur, daun palam yang kering itu dihanyutkan. Dahulu dipercaya tahapan ini memiliki kekuatan mistis. Daun palam itu akan tiba di Banggai Lalongo (keramat) dan menjadi penanda bahwa rombongan sudah di Tolo dan akan bertolak menuju Banggai esok pagi. Secara logis, arus dari Tolo ke Banggai memang deras, sehingga menghanyutkan daun itu dengan cepat.
Saat ini—Malabot Tumbe 2022—rombongan juga tidak lagi bermalam di Tolo sejak kira-kira 10 tahun terakhir. Setelah mengganti daun palam, rombongan langsung menuju Banggai dan bermalam di Kota Tua atau Kampung Jin di Tinakin. Tetapi sebelumnya mengitari Banggai Lalongo lebih dulu . Pada 4 Desember 2022, rombongan bermalam di Tinakin, mereka tiba hari Sabtu (03/12) sore, dan mengitari Banggai Lalongo esok paginya, Ahad (04/12).
Sutrisno, pemerhati adat di Desa Mansalean mengatakan bahwa pilihan bermalam di Tinakin dikarenakan pada pagi hari, angin barat bertiup menyebabkan arus kencang di Banggai.
Di Keraton Banggai, para pemangku adat sudah bersiap. Bupati dan Wakil Bupati Balut serta para tamu dari luar Banggai juga sudah bersiap di tenda depan pos jaga pelabuhan, dekat bak-bak kontainer. Pemandu acara memastikan lipstik dan bedaknya sempurna sebelum memandu acara. Polisi Pamong Praja yang bertugas di pelabuhan mengadakan operasi semut dari sampah. Kursi-kursi untuk para tamu dan kepala-kepala OPD sudah disiapkan untuk ikut menyambut rombongan dari Batui dari bibir pelabuhan.
Setelah berkeliling mengitari Banggai Lalongo, kapal yang membawa rombongan Mombawa Tumpe menepi diikuti puluhan kapal nelayan dan beberapa kapal penangkap ikan. Masyarakat yang turut menjemput di pelabuhan sebagian berbaris, sebagian lagi sibuk mengabadikan gambar dan menerobos kerumunan, yang membuat para awak media kesulitan mengambil gambar. Sebelum telur-telur itu diturunkan dari kapal, satu orang pemangku adat dari Batui melapor ke keraton, dan kembali dengan pemangku adat dari Banggai bersama para pengawalnya.