Setelah telur-telur terkumpul dan didoakan di rumah Dakanyo, telur diantar ke rumah Bosanyo dan dibungkus dengan daun kombuno (palem). Perjalanan ke Banggai memakai perahu yang berawak 7 orang sebagai pengantar, terdiri dari tiga orang Perangkat Adat dan empat orang sebagai pendayung dan juru mudi. Sekarang pengantar telur diiringi banyak orang, sehingga kapal terlihat ramai. Seperti tahun 2022 ini, rombongan dari Batui membawa beberapa orang yang mengenakan semi baju kurung berwarna ungu yang ikut memagari perjalanan pengantar telur sejak turun dari kapal ketika sudah tiba di Banggai.
Dari Batui, rombongan berangkat Jum’at (02/12) malam dan tiba di Desa Pinalong Kabupaten Banggai Kepulauan pukul 10.00 WITA untuk melontar. Desa Pinalong adalah rute pertama yang harus dilalui rombongan pengantar telur. Hal itu dilakukan karena menurut masyarakat adat Batui, saat Abu Kasim menyeberang menuju daratan Batui, ia sempat diganggu makhluk jahat.
Rute kedua, rombongan singgah di Tolo, Sabtu (03/12) sekitar pukul 11.30 WITA. Penduduk Desa Mansalean sudah menunggu di Tolo menyambut rombongan pengantar telur. Tidak ada sambutam seperti tarian atau lagu, karena memang tradisi ini dilakukan dengan hikmat dan sunyi. Dahulu, jika ingin mengadakan acara-acara untuk memeriahkan, masyarakat Mansalean menggelar seni pertunjukkan setelah tradisi di Tolo selesai atau sebelum itu.
Di Tolo, aroma cat terhidu ketika berjalan di jembatan dan rumah panggung tempat singgah untuk mengganti kulit pembungkus telur. Kalau dari laut, rumah panggung itu ada di sisi kanan jembatan dan toilet di sisi kiri. Di sisi kiri pula setelah bukit, tanjung merah dan batu palalan beradai—kisah Abu Kasim dalam perjalanannya menemui bapaknya.