Donggala- Tangis Nurmaidar (40) pecah di depan rumah ibunya. Ia masih syok mengingat detik-detik mengerikan saat banjir bandang menerjang Desa Wombo Kalonggo, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, pada Selasa sore (27/5).
Peristiwa tragis itu terjadi sekitar pukul 15.30 WITA. Air bah datang begitu cepat, menggulung segalanya—termasuk rumah Nurmaidar yang terletak di pinggir sungai kering yang selama ini terlihat aman-aman saja, meski hujan deras mengguyurnya.
Saat kejadian, ia bersama kedua anak perempuannya berada di dalam rumah, sementara sang suami masih di luar, kerja borongan.
“Untung bukan malam hari banjir itu datang, kalau malam pasti kami semua sudah terlelap tidur, bisa jadi kami juga hanyut di bawah bangunan rumahnya, ” ungkapnya.
Saat ini dia tidak memiliki rumah lagi, hanya mengungsi di masjid yang tidak jauh dari rumah Ino (bahasa Kaili: ibunya).
“Sekarang tidak mungkin mau tinggal di mesjid terus. Mau tinggal di mana lagi kami ini. Tidak mungkin tinggal sama orang tua, sementara orang tua juga rumahnya hanya kecil saja, tidak bisa menampung kami satu keluarga. Saya mohon dan berharap pemerintah Kabupaten Donggala bisa bantu kami. Kami ini orang susah, suami cuma kerja serabutan. Dari mana lagi kami bisa bangun rumah?” pintanya penuh harap.
Reporter: IRMA/Editor: NANANG