Riset Alat Pemanggil Ikan, BRIDA Kolaborasi dengan Unisa dan Untad

oleh -
Suasana Workshop pada Riset Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Energi Terbarukan pada Usaha Perikanan Bagan yang Ramah Lingkungan Melalui LA BRIDA. Kegiatan ini digelar di Aula Nagaya BRIDA, Jumat (1/3). (FOTO: MAL/IRMA)

PALU – Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Sulawesi Tengah mengadakan Workshop pada Riset Penguatan Ekonomi Masyarakat Berbasis Energi Terbarukan pada Usaha Perikanan Bagan Yang Ramah Lingkungan Melalui LA BRIDA. Kegiatan ini digelar di Aula Nagaya BRIDA, Jumat (1/3).

Riset ini merupakan kolaborasi antara BRIDA Sulteng dengan Universitas Al-Khairat (Unisa) Palu dan juga Universitas Tadulako (Untad).

Workshop tersebut isi oleh, Yuli Asmi Rahman, selaku narasumber dan juga peneliti riset LA BRIDA dan dihadiri langsung oleh Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah, Faridah Lamarauna, perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Sulteng, perwakilan Dinas Perikanan dan Kelautan Donggala, perwakilan BAPPEDA Sulteng dan juga pejabat lingkup BRIDA provinsi.

Yuli mengatakan, bahwa riset ini merupakan kelanjutan dari tahapan survei yang telah dilakukan pada tahun 2023. Tujuan dari riset ini sendiri yaitu guna meningkatkan hasil tangkap nelayan bagan dengan memanfaatkan teknologi cahaya dan juga suara atau sonar.

“Dari hasil survei tahap satu, alat tangkap bagan apung dioperasikan pada kedalaman 30-40 meter. Adapun metode pengoperasian alat tangkap bagan apung memiliki beberapa tahapan meliputi tahapan persiapan, tahapan pengamatan dan waktu kedatangan ikan, tahap penurunan jaring, tahapan penarikan jaring dan tahap pengambilan hasil tangkapan,” ujar Yuli.

Dalam teknologi LA BRIDA yang diterapkan, juga menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), sehingga tidak lagi mengandalkan pengisian baterai melalui mesin genset. Pada sistem sonar menggunakan buzer 12 volt 5 watt dengan frekuensi 500 Hz yang diuji dalam waktu kurang lebih 40 menit disesuaikan dengan tingkah laku serta respon dari ikan itu sendiri.

Menurutnya, sebagai riset awal menggunakan teknologi ini, mampu memangkas sekitar kurang lebih 20 menit dibandingkan dengan sistem tanpa menggunakan alat LA BRIDA.

Nantinya akan ada beberapa rencana tahapan berikutnya yang akan dilakukan dalam riset tersebut, seperti pengukuran respon atau tingkah laku ikan terhadap lumen atau cahaya yang dihasilkan oleh LA BRIDA, pengukuran pada efek sonar atau suara dan juga dampak ekonomi.

Kepala BRIDA Provinsi Sulawesi Tengah Faridah Lamarauna, menambahkan bahwa penggunaan PLTS dalam riset alat pemanggil ikan ini diharapkan dapat menekan biaya operasional bahan bakar yang digunakan oleh nelayan, sehingga nantinya dapat meningkatkan hasil pendapatkan yang berdampak pada penurunan angka kemiskinan dan juga mengurangi angka pengangguran terbuka di Sulawesi Tengah khususnya Kab. Donggala.

Reporter: IRMA
Editor: NANANG