PARIMO – Ribuan ton beras dari Program Indeks Penanaman 400 (IP400) menumpuk di sejumlah tempat produksi gabah, di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Ini baru panen pertama untuk program IP400 sudah banyak beras yang menumpuk, bagaimana dengan penanaman berikutnya lagi? Apakah sama kondisi ini,” ungkap anggota DPRD Parimo, Suardi, ditemui, Kamis (12/05).
Ia mengatakan, program IP400 tahun 2022 sudah dijalankan, saat ini sudah masuk masa tanam kedua pada bulan Juni-Juli ditargetkan panen pada bulan September. Apabila masih mempertahankan sistem tanam tersebut maka program tidak akan berjalan sesuai harapan.
Sementara, beberapa wilayah seperti Kecamatan Kasimbar, Parigi Selatan, Torue, Balinggi serta Sausu bersamaan panen. Selain itu juga Kabupaten tetangga Poso sudah masuk masa panen.
“Kondisi ini harus segera diselesaikan, ditambah lagi pihak Bulog tidak mau membeli karena berbagai alasan, untuk wacana pemerintah akan membentuk Badan Ketahan Nasional sebagai pengganti, namun hal itu belum pasti,” ucapnya.
Hal ini harus dilakukan perubahan varietas tanam dengan didukung sejumlah sarana penunjang, seperti ketersediaan pupuk bagi petani dan saluran irigasi mengalir di areal persawahan. Yang dapat bergerak hanyalah Pertanian dari hulu ke hilir.
Akibat kondisi itu, persoalan mencuat di lapangan melalui Program itu dengan luasan 5000 hektare, sehingga banyaknya beras mengalami penumpukan disejumlah gilingan, disebabkan tidak adanya pembeli berdampak pada penghasilan petani.
“Harga beras anjlok karena pengusaha Gorontalo dan Manado tidak membeli, menurut informasi terkendala dengan BBM langkah, sehingga pembelian beras nyaris tidak ada untuk saat ini,” jelasnya.
Ia berharap, pemerintah tidak hanya mendorong petani untuk terus menanam, namun juga membantu mencari peluang pasar bagi petani.
Ia meminta, pertanian dapat berkoordinasi dengan dinas Perdagangan untuk mencari solusi dari persoalan petani agar beras mereka bisa terpasarkan.
Reporter: Mawan
Editor : Yamin