Rektor Unismuh Palu Dikukuhkan Sebagai Guru Besar

oleh -
Prosesi pengukuhan Rektor Universitas Muhammadiyah sebagai Guru Besar di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (27/10). (Humas Unismuh)

PALU – Rektor Universitas Muhammadiyah dikukuhkan sebagai Guru Besar (Professor) oleh Kepala LLDIKTI Wilayah XVI Sultan Batara (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara) di Islamic Centre Unismuh Palu, Rabu (27/10).

Pengukuhan ini menindaklanjuti SK Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI tentang Pengangkatan Dr. H. Rajindra, SE, MM sebagai Guru Besar bidang Ilmu Manajemen.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan akselarasi dengan sejumlah pihak di Kawasan Timur Indonesia (KTI), baik dalam lingkungan perguruan tinggi maupun dalam amal usaha Muhammadiyah. Akselerasi itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh kegigihan di Perserikatan Muhammadiyah.

“Belajar dari keuletan, kegigihan dan kesungguhan Profesor Rajindra yang dapat meraih profesor dengan cara-cara yang benar. Jangan pernah ada yang instan, tapi tetaplah mengikuti prosedur yang ditetapkan,” kata Haedar Nashir dalam sambutan pengukuhan Prof Dr Rajindra sebagai Guru Besar di Universitas Muhammadiyah Palu, Rabu pagi.

Menurut Haedar Nashir, menjadi guru besar di Perserikatan Muhammadiyah, bukan hanya meraih kepangkatan tertinggi, maka yang diperlukan adalah memancarkan ilmu dan pengalaman keilmuan yang diraih dalam perjalanan panjang untuk bersama-sama mencerahkan dan mencerdasakan akal budi, karakter dan alam pikiran masyarakat luas.

“Sehingga kehadirannya tidak berada di menara gading  tapi membumi, sebagai ulil albab,” ujarnya.

Haedar Nashir mengatakan, menjadi guru besar di Perserikatan Muhammadiyah dengan etos keislaman yang ulil albab, harus menjadi sosok yang berfikir secara mendalam, luas, banyak perspektif dan memberi kemanfaatan dan kemaslahatan bagi alam semesta.

“Nilai manusia itu adalah kemanfaatannya. Sebaik-baiknya manusia adalah yang memberikan manfaat bagi sesama dan lingkungannya,” kata Haedar Nashir mengingatkan.

Bangsa ini, katanya, masih membutuhkan usaha-usaha kemanfaatan itu, agar menjadi bangsa yang cerdas dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Jangan sampai elit bangsa, karena kurang memperoleh sinar ilmu, kemudian menjadi warga bangsa dan elit bangsa yang mengalami proses pembodohan atau membodohkan orang banyak, karena brpikir tidak logis, tidak faktual, tidak ilmiah dan tidak berada pada asas kebenaran yang menjadi standar  banyak orang. Hanya berpikir sesuai alam pikiran sendiri yang tidak teruji dalam nalar sains, nalar kebenaran dan kebajikan publik.

“Maka penting bagi kita mengikuti jejak guru besar, termasuk Prof Rajindra, yakni kejujuran. Jadilah dosen yang jujur. Harta termahal kita adalah kejujuran dan barang langka dalam kehidupan bernegara kita adalah kejujuran,” jelas Haedar Nashir.

Menurutnya, banyak orang sukses yang meraih jabatan, tapi kejujurannya luruh maka goyahlah tatanan.

“Kita boleh salah dalam hidup, tapi jujurlah dengan kesalahan, jangan menimbun kesalahan. Jatuhnya sebuah bangsa di mana pun, karena pemimpinnya tidak jujur. Kalau salah, kembalilah jujur pada kesalahan itu dan jangan menimbun kesalahan itu. Dalam ciri ulil albab, ada jiwa kejujuran itu,” nasihatnya.

Haedar Nashir mengingatkan, menjadi profesor bukan sekadar menjadi pengajar, tetapi menjadi pendidik untuk memberikan nilai luhur bagi umat.

Profesor Doktor Rajindra, adalah Rektor Universitas Muhammadiyah Palu dua periode.

Reporter : Faldi