PALU – Rektor Universitas Tadulako (Untad) Palu Prof Amar secara resmi membuka Gelar Karya Komunitas Seni Tadulako bertajuk Tadulako Neolitikum Voice, bertempat di Auditorium Untad.
Pagelaran ini bakal dihelat mulai Jumat (11/8), sampai Sabtu (12/8).
Dalam sambutannya Prof Amar mengapresiasi pagelaran seni. Hal ini sesuai dengan visi misi waktu masuk dalam kandidat pemilihan calon rektor.
“Bagaimana mengembangkan event,” ucapnya.
Jadi ujar dia, akan ada annual event education, baik event seni, olahraga disiapkan untuk Untad.
Ia menuturkan, sudah berbincang-bincang dengan beberapa penggiat seni, diantaranya Budi Ace, Slank, soal bagaimana cara menghidupkan seni kontemporer maupun seni musik dan tari.
Dan dalam master plan kita usulkan sebut dia, akan ada panggung dan ruang terbuka dilengkapi lighting untuk pentas seni.
“Jadi ada panggung terbuka dan ada panggung dalam ruangan,” imbuhnya.
Bahkan ucap dia, mereka sudah menyiapkan desain, khusus menampilkan karya-karya Untad tempo dulu.
“Jadi kita menyiapkan museum Tadulako. Ini bagian kepedulian kita kepada peninggalan kita termasuk peninggalan seni dan sebagainya,” pungkasnya.
Pagelaran seni ini kolaborasi Komunitas Seni Tadulako (KST) yang bernaung di bawah Yayasan Tadulakota (Yakota) dengan Untad.
Gelaran yang merupakan salah satu program Indonesiana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen Kebudayaan ini akan menampilkan beberapa pertunjukkan diantaranya; Visual Art Performing, fotografi, painting exhibition, music and dance, documentary film and screening serta multimedia art performance.
Direktur Eksekutif Yayasan Tadulakota, Hapri Ika Poigi menjelaskan, kegiatan ini merupakan upaya bersama dalam membangun ruang diskusi yang utuh terhadap teks-teks peradaban dan kebudayaan yang terkandung di dalam khazanah keberagaman budaya di Sulawesi Tengah.
“Melalui giat pengkaryaan yang kreatif dan inovatif, diharapkan mampu berperan dalam merespon berbagai isu serta fenomena yang terjadi di tengah masyarakat saat ini, khususnya dalam memaknai sebuah perubahan kehidupan yang semakin dinamis”, kata Hapri.
Pendekatan berbasis riset dan observasi terhadap pengetahuan lokal dalam bentuk seni pertunjukkan multi disipliner, akan menjadi sajian paling menarik pada presentasi gelar karya kali ini.
Konsep ini, kata Hapri, merupakan bagian dari upaya mendorong inventarisasi budaya yang nantinya akan berdampak pada terciptanya ekosistem kesenian yang berkelanjutan.
“Dalam rangka perlindungan, pengembangan, pemanfaatan serta pembinaan, dibutuhkan kerjasama yang erat dari seluruh pihak untuk pemajuan kebudayaan di sulawesi tengah yang berkelanjutan, ” pungkas Hapri.
Reporter: IKRAM/Editor: NANANG