OLEH: Afifah Fakhrunnisaa’, S.Tr.Stat*

Hari Kesehatan Nasional (HKN) tahun ini merupakan peringatan ke-58 kalinya setelah pertama kali diinisiasi oleh Presiden Soekarno pada tanggal 12 November 1964.

Tema yang diangkat pada peringatan kali ini yaitu “Bangkit Indonesiaku Sehat Negeriku” sangat relevan mengingat perlunya asa untuk bangkit kembali dari kondisi pandemi covid-19 yang telah mewabah dua tahun lebih.

Berbagai pekerjaan rumah utamanya terkait kesehatan telah banyak menanti. Musibah pandemi yang menimpa telah mengingatkan kita bahwa yang kini dihadapi bukan hanya perjuangan melawan penyakit melainkan juga sebuah refleksi untuk mulai bertransformasi pada gaya hidup bersih dan sehat

Sebagai bentuk kontribusi terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sulawesi Tengah 2021-2026, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah telah menyusun strategi kebijakan di bidang kesehatan. Salah satu arah kebijakan yang dicanangkan adalah pengintegrasian program nasional yang termasuk di dalamnya adalah program SDGs.

Sustainable Development Goals (SDGs) di dalamnya terkandung aspek kesehatan dengan berbagai ukuran. Aspek kesehatan yang merupakan tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.

Momen HKN kali ini merupakan saat yang tepat untuk berkontemplasi kembali mengenai ketercapaian berbagai indikator SDGs kesehatan di Sulawesi Tengah.

Target pertama dalam tujuan SDGs kesehatan adalah mengurangi rasio kematian ibu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diwakili oleh indikator proporsi perempuan pernah kawin usia 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, pada tahun 2021 terus mengalami peningkatan hingga mencapai level 92,39 persen dibanding tahun 2016 yang baru mencapai 81,39 persen.

Selain itu, pada indikator persentase perempuan pernah kawin umur 15-49 tahun yang proses melahirkan terakhirnya di fasilitas kesehatan naik 27,43 persen dari angka 54,16 persen pada tahun 2016 menjadi 81,29 persen di tahun 2021.

Target kedua SDGs kesehatan yaitu mengakhiri kematian bayi baru lahir yang dapat dicegah dapat dilihat diantaranya oleh capaian angka kematian bayi (AKB) yang mengalami penurunan sejak lima tahun terakhir.

Menurut data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah dalam rencana kerja tahun 2022, AKB pada tahun 2016 sebesar 11 kasus kematian per 1000 kelahiran hidup turun menjadi 8 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2021. Sedangkan angka kematian neonatal (AKN) pada tahun 2017 mencapai 8 per 1000 kelahiran hidup turun menjadi 6 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2021.

AKN adalah angka kematian anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal dalam periode 28 hari pertama kehidupan.

Target berikutnya mengakhiri penyakit tropis yang terabaikan, penyakit bersumber air, serta penyakit menular lainnya. Salah satu indikator yang diharapkan adalah eliminasi kasus filariasis (penyakit kaki gajah). Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filarial yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening.

Menurut data profil dinas kesehatan Sulawesi Tengah tahun 2021, di tahun 2020 jumlah seluruh penderita kasus kronis filariasis sebanyak 180 kasus sementara tahun 2021 jumlah kasus kronis mengalami penurunan menjadi 142 kasus.

Selain variabel-variabel SDGs di atas, penurunan angka stunting merupakan target yang telah ditetapkan pemerintah pusat maupun daerah setiap tahunnya. Prevalensi stunting (gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang) Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2021 masih menduduki peringkat 8 tertinggi dari 34 provinsi di Indonesia.

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) mencatat prevalensi stunting Provinsi Sulawesi Tengah adalah 29,7 persen pada tahun 2021 dari target turun hingga 11% pada tahun 2024. Angka yang masih jauh dari target tentu menjadi tugas bersama bagi pemerintah, pelayan maupun penyuluh kesehatan, dan masyarakat.

Perlu diingat bahwa stunting bukan hanya mengenai persoalan kesehatan saja, di dalamnya terdapat berbagai hal kompleks yang mempengaruhi, baik itu kondisi sanitasi, kebersihan lingkungan, dan akses terhadap air bersih.

Dari berbagai indikator tujuan kesehatan yang ditetapkan, beberapa telah menunjukkan adanya usaha perbaikan. Meski tak dapat dipungkiri untuk mencapai berbagai target yang telah ditetapkan perlu perjuangan panjang.

Oleh karenanya, yang terpenting bukan hanya sebuah angka ketercapaian namun sebuah transformasi pada mindset baru.

Upaya mentransformasikan paradigma sakit menjadi paradigma sehat adalah ikhtiar yang perlu semakin digaungkan untuk mendorong ketercapaian SDGs kesehatan. Mengedepankan pola pikir promotif dan preventif dibanding usaha kuratif dan rehabilitatif dalam pelayanan kesehatan serta menempatkan kesehatan sebagai input dari sebuah proses pembangunan.

Perubahan pola pikir ini bukan hanya tugas pemerintah dan pelayan kesehatan melainkan seluruh masyarakat. Demikian pula dengan generasi muda yang semakin melek teknologi sudah sepantasnya untuk lebih mawas diri. Hal itu dengan cara memanfaatkan kemudahan memperoleh informasi dan akses menuju fasilitas kesehatan untuk menambah pengetahuan serta kepekaan terhadap kebersihan dan kesehatan bagi dirinya juga lingkungannya.

Semoga semangat kebangkitan pada HKN tahun ini tidak hanya menjadi sebuah momen sesaat, melainkan dapat menjadi semangat bersinergi oleh seluruh pihak untuk mencapai masyarakat sadar dan berperilaku sehat.

*Penulis adalah Fungsional Statistisi BPS Sulawesi Tengah