PALU – Sekitar 400-an warga dari Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala, mengikuti program wisata religi yang dilaksanakan Yayasan Insan Cita Indonesia (ICI) bersama Ikatan Persaudaraan Perubahan Indonesia (IP2I), Kamis (08/02).

Ziarah dimulai dari makam pendiri perguruan Alkhairaat, Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri di Masjid Alkhairaat, dipimpin langsung ketua sekaligus pendiri Yayasan ICI, Nilam Sari Lawira bersama sejumlah pengurus dan Ketua IP2I, Muhammad J Wartabone.

Ziarah itu merupakan bagian dari program safari wisata religi, dengan mengunjungi makam-makam ulama besar idiologis di tanah Kaili.

Sejumlah makam yang menjadi tempat ziarah diantaranya makam DatoKarama sebagai ulama pembawa ajaran Islam di tanah Kaili dan makam Rusdi Toana di kompleks Universitas Muhammadiyah Palu.

Selanjutnya ziarah diteruskan ke makam Syekh Lokiah di Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala serta berakhir di makam Pue Lasadindi (Mangge Rante) di Desa Randomayang, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat.

“Ini salah satu upaya dalam memperjuangkan Pue Lasadindi (Mangge Rante) sebagai pejuang kemerdekaan,” ungkap Nilam Sari.

Nilam mengatakan, program ziarah ke beberapa makan ulama itu merupakan bagian dari mengingat kembali jasa-jasa mereka dalam menyiarkan agama Islam di lembah Palu dan sekitarnya.

“Insya Allah yang kita lakukan bernilai ibadah, kita mengharapkan ada berkah yang diberikan dengan mengunjungi ziarah makam ini,” harap Nilam.

Baca Juga: Istri Penjaga Masjid Nikmati Ibadah Umrah

Selain itu kata Nilam, peserta ziarah dapat mengambil contoh dan suri tauladan, bagaimana semangat juang mereka tanpa putus asa, selalu ikhlas dengan kewajiban untuk menyiarkan agama Islam serta memperjuangan dan mempertahankan kemerdekaan.

Bagi Nilam, terbantuknya IP2I dibangun dengan semangat Pue Lasadindi (Mangge Rante) dengan inti ajarannya “kana mavali”, dimana harus ada perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, karena tidak ada manusia yang tidak sempurna. Namun terus berupaya setiap saat untuk menjadi yang terbaik.

“Tanpa mereka, mungkin kita tidak ada disini, tanpa mereka tidak mungkin menikmati apa yang ada sekarang ini. kita hanya bisa mendoakan mereka, sebagai bentuk ucapan terimakasih,” ucap Nilam.

Hal senada juga disampaikan ketua IP2I Muhammad J Wartabone bahwa ajaran “kana mavali, merupakan kata perubahan. Kata Muhammad, apa yang didapatkan hari ini, merupakan apa yang dipikirkan kemarin. Sehingga, apa yang kita dapatkan akan datang, maka merupakan hasil yang dipikirkan saat ini.

“Menziarahi makam, sama dengan berjumpa saat hidup. Karena para wali Allah SWT, tidak pernah mati, tetapi hanya berpindah. Sehingga yang diharapkan semangat mereka, bisa berpindah kepada kita semua,” kata Muhammad. (FAUZI)