PALU – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kota Palu mencatat ratusan pedagang di sejumlah pasar tradisional yang tidak berhenti berjualan.

Mereka terpaksa berhenti melakukan aktivitas karena menurunnya pendapatan yang diperoleh setiap harinya, menyusul pandemi virus corona atau Covid-19 yang kini sudah mulai “menggila” di Kota Palu.

Kepala Dinas Perindag Kota Palu, Samsul Syaifuddin, Senin (06/04) mengatakan, data-data pedagang yang terdampak akibat virus corona sudah dikirim ke pusat, di dalamnya sudah termasuk pelaku IKM dan pedagang pasar.

“Untuk pasar itu terdampak semua pedagangnya. Di Manonda yang sebelumnya sekitar 1000 pedagang, dengan kondisi sekarang ini berkurang tinggal sekitar 700 pedagang. Untuk Masomba yang sebelumnya sekitar 400 pedagang, saat ini sudah berkurang juga menjadi sekitar 300-an,” rincinya.

Demikian halnya dengan pedagang di Pasar Talise yang tinggal tersisa sekitar 7 orang.

“Tadinya ada sekitar 10 orang karena memang pasarnya kecil,” ujarnya.

Pihaknya juga sempat mendata pedagang yang berjualan di Taman GOR dan Lapangan Vatulemo Palu. Di Taman GOR, kata dia, tinggal tiga yang berjualan, sementara di Lapangan Vatulemo masih sekitar lima orang saja.

“Sisanya istirahat,” tambahnya.

Dia mengungkap alasan utama para pedagang tersebut sehingga menghentikan aktivitasnya. Dari sisi pendapatan, kata dia, mengalami penurunan.

“Yang sebelumnya mencapai Rp2 juta per hari, sekarang ini maksimal sekitar Rp500 ribu saja. Untung-untung kalau sampai Rp500 itu. Ini pasti akan menurun lagi kalau misalnya pendapatannya hanya Rp10 ribu per hari pasti mereka akan istirahat. Makanya kita lagi upaya untuk menggeliatkan pasar. Kami meminta agar jangan sampai mereka tutup,” tandasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, walaupun tidak ada rekomendasi dari kesehatan mengenai bilik sterilisasi atau sterilization chamber, tapi menurutnya tidak ada masalah jika diadakan di pasar.

“Minimal orang bisa tersugesti bahwa dirinya sudah sehat. Kan kuncinya virus ini juga salah satunya soal sugesti buat diri masing-masing,” ujarnya.

Di Pasar Inpres Manonda, kata dia, sudah ada bantuan bilik sterilisasi. Namun pihaknya sendiri belum mengetahui sumber pemberi bantuan.

“Tapi saya sampaikan jangan dulu digunakan, kita cek dulu alatnya, tehnik penyiramannya dari atas atau samping dan kita juga akan melihat dulu cairan yang digunakan. Jadi ada hal-hal yang sifatnya boleh digunakan, ada yang tidak karena itu kan menyentuh kulit orang, itu yang kita pikirkan dulu. Jangan sampai disinfektan atau cairan itu merusak kulit orang. Kami juga akan minta periksakan ke Balai POM,” tutupnya. (RIFAY)