PALU – Wakil Gubernur (Wagub) Provinsi Sulawesi Tengah, Ma’mun Amir meyakini, Stunting bukan hanya disebabkan asupan makanan, tetapi banyak penyebab lainnya, seperti pola asuh. Namun untuk menangani stunting, Wagub ingin segera bertindak. Dengan segera melaksanakan rapat koordinasi lanjutan untuk menyusun rencana sebelum beraksi, karena menurutnya menyelesaikan masalah seperti stunting tidak hanya sekedar berteori.
“Stunting. Nanti kita tindak lanjuti pada rapat koordinasi, secepatnya. Kalau saya manusia yang tidak suka teori, saya lebih suka action melakukan menyelesaikan masalah. Saya dasarnya dari STM, pakai prinsip kerja mesin hisap tekan bakar buang, hisap akselerasi, tekan proses, kemudian kerja,” tegas Wabup Ma’mun, saat Rapat membahas penanganan stunting bersama Perwakilan BKKBN Sulteng beserta unsur pihak terkait, di Kantor Gubernur Sulteng, Senin 14 Februari 2022.
Kata Wabup, penanganan stunting masuk dalam program prioritas Pemerintah Provinsi Sulteng. Bahkan Wagub mengarahkan untuk memanfaatkan aset yang tersedia di 13 kabupaten/kota untuk penanganan stuting. Seperti, klinik atau puskesmas yang menjadi rujukan masyarakat miskin maupun keluarga beresiko stunting untuk mendapat pelayanan.
“Stunting ini menjadi perhatian bapak Gubernur dan saya,” katanya.
Menyikapi angka Stunting Sulawesi Tengah yang masih tinggi berada di angka 29.7 persen, Wagub meminta BKKBN agar menyiapkan data daerah yang menjadi prioritas penanganan stunting, dan lokus yang dimaksud harus dikeroyok bersama-sama. Karena bagi dia, penuntasan stunting untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan.
“Jangan kita hanya bangun gedung tapi tidak ada orangnya. Banyak puskesmas tapi tidak banyak petugasnya,” terangnya.
Dikesempatan itu, Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Tenny C. Soriton menyampaikan, di tahun 2022 seluruh kabupaten/kota di Sulteng menjadi lokus stunting. Selain itu, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Sulteng juga telah terbentuk, dimana wakil Gubernur sebagai ketua pelaksana.
“Ini akan ditindaklanjuti dengan pembentukan TPPS di kabupaten/kota. Begitu juga dengan Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang sudah disiapkan di setiap desa. Kami BKKBN siap, tenaga ini bisa dilibatkan karena dananya sudah ada di BOKB, mereka punya data by name by address. Kami siap mendukung program Gubernur,” jelasnya.
Dikesempatan itu jugaKepala Perum Bulog Sulteng, David Susanto menjelaskan, beras bervitamin atau yang disebut beras fortivit. Beras ini diakuinya bisa mencegah stunting, karena mengandung vitamin lengkap.
“Beras ini merupakan hasil para petani lokal dari beberapa kabupaten, seperti Parigi Moutong, yang kemudian di olah dan dikemas di pabrik Bulog Sulteng,” terangnya.
Menanggapi hal itu, Wagub ingin agar Bulog berkontribusi dalam pencegahan stunting, ia juga meminta dinsos dan dinas terkait untuk mensosialisasikannya, tidak hanya kepada keluarga memiliki anak stunting tetapi seluruh masyarakat
“Saya sangat apresiasi, kalau ini berkualitas untuk penanganan stunting, mengapa tidak,” aku Wagub.
Rapat tersebut dihadiri Kepala Dinas Kesehatan Sulteng, dr. I Komang Adi Sujendra. Kepala Dinas Sosial Sulteng, Sitti Hasbia Zaenong N. Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Sulteng, Bambang SP. Suwandi. (YAMIN)