Pembuktian lulus dari madrasah Ramadhan, yakni semakin meningkatnya amal pada bulan Syawal. Bulan yang juga merupakan bulan hari raya, memperbanyak salam dan silaturahmi. Bulan syawal menjadi ajang untuk mebuktikan ramadhan kita membekas.
Disebut hari raya karena merayakan kelulusan dari madrasah Ramadhan sebulan lamanya. Maka tak salah jika Syawal bermakna peningkatan. Pembuktian lulus tidaknya Ramadhan, ladang pembuktiannya pada bulan Syawal.
Saat memasuki Syawal, umat Islam menjadi lebih baik dan terjaga amalannya. Umat Islam yang telah melalui bulan Ramadhan diibaratkan seperti mobil yang habis masuk bengkel. Lebih bagus dan lebih luwes, mobil pun dicuci dengan bersih. Pribadi kita juga pun diharapkan akan kembali bersih dan menjadi diri yang lebih baik,
Menjadi pribadi yang lebih baik artinya dalam berhubungan dengan Allah SWT harus semakin bagus. Begitu juga hubungan dengan sesama manusia pun semakin harmonis. Seseorang yang mendapat kemenangan pada bulan Syawal terlihat dari amalannya yang meningkat. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Ia mampu meresapi makna Ramadhan yang baru saja berlalu. Rasa simpati kepada orang lain juga semakin meningkat. Mereka juga menjadi lebih arif menghadapi masalah.
Bulan syawal ini merupakan saat saat seorang mukmin menghidupkan ruh Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari. Pada bulan kesepuluh hijriyah ini, umat Islam diperintahkan untuk melanjutkan dan melipatgandakan amal ibadah yang telah dilakukan selama Ramadhan.
Rasulullah SAW bersabda, ”Sebaik-baik perbuatan adalah sesuatu yang berkelanjutan mudawamah walapun tidak terlalu banyak.” Amal ibadah yang dilakukan selama Ramadhan tak boleh terputus. ”Amaliyah Ramadhan itu bisa dilanjutkan di bulan Syawal, Dzulqaidah, Dzulhijjah sampai ke Ramadhan lagi,”
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan lalu diiringinya dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, berarti ia telah berpuasa setahun penuh. Spirit puasa Ramadhan harus berkesinambungan.
Setelah menunaikan puasa Syawal selama enam hari, umat Islam juga bisa menunaikan shaum sunat setiap Senin dan Kamis serta puasa sunat di pertengahan bulan Hijriyah setiap tanggal 13, 14 dan 15 yang disebut ayyamul bidh. Amaliyah lainnya, seperti, membaca Alquran, shalat malam, membayar zakat, infak dan sedekah yang banyak dijalankan selama Ramadhan harus terus dihidupkan pada Syawal dan bulan lainnya.
”Pada Syawal dan bulan lainnya, umat Islam bukan hanya sekedar membaca Alquran. Yang lebih penting lagi adalah memahami makna Alquran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,”. Keberhasilan shaum Ramadhan dibuktikan dengan peningkatan amal ibadah pada Syawal dan bulan lainnya.
Setelah Ramadhan berakhir, ibadah yang telah dilaksanakan dengan penuh semangat, tak boleh padam. ”Kalau kita melihat mekanismenya, Allah SWT tidak membiarkan Ramadhan ini kosong.
Buktinya, setelah Syawal ada syariat untuk puasa sunat enam hari. Itu semacam pembelajaran yang berkesinambungan buat kita hamba-hamba-Nya biar tidak pernah putus,’. Oleh karena itu kebiasaan kebiasaan yang sudah kita di bulan ramadhan tabiat-tabiat yang sudah disempurnakan pada Ramadhan, terus dilanjutkan. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)