Ramadhan, bulan penuh berkah, rahmat, dan ampunan, sebentar lagi akan meninggalkan kita, bahkan tak lebih dari semalam lagi dia membersamai kita.

Hati sebagian besar umat Islam tentu terasa berat, seakan tak ingin berpisah. Betapa tidak, di bulan ini kita lebih dekat dengan Allah, lebih banyak bersujud, lebih khusyuk dalam doa, dan lebih lapang dalam berbagi.

Namun, setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Ramadhan akan pergi, meninggalkan kita dengan satu pertanyaan: apakah kita telah memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Seandainya umatku mengetahui apa yang ada dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka berharap agar Ramadhan berlangsung sepanjang tahun.” (HR. Ibnu Khuzaimah)

Begitu besar keutamaan bulan ini, namun sayangnya, tak sedikit di antara kita yang belum benar-benar mengisinya dengan ibadah terbaik.

Kini, ketika Ramadhan akan berlalu, rasa kehilangan pun mulai menyelimuti hati. Tapi jangan sampai kesedihan ini justru menjadikan kita lalai setelahnya.

Sebaliknya, kita harus optimis dan berharap agar Allah menerima amal ibadah kita serta mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan berikutnya.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.” (QS. An-Nahl: 92)

Ayat ini menjadi pengingat agar kita tidak meruntuhkan kebiasaan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan. Ibadah yang telah kita jalankan, kebiasaan shalat malam, tadarus Al-Qur’an, sedekah, dan menahan hawa nafsu, seharusnya tidak berhenti hanya karena bulan Ramadhan berakhir.

Sebaliknya, inilah saatnya untuk membuktikan bahwa perubahan kita bukan sekadar musiman.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

“Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus-menerus, walaupun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim)

Ramadhan memang akan pergi, tapi semangatnya harus tetap tinggal di hati. Jika selama sebulan kita telah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik, maka biarlah kebiasaan baik itu terus melekat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jika kita merasakan kesedihan karena perpisahan ini, maka semoga itu menjadi tanda bahwa hati kita masih dipenuhi cinta kepada bulan yang mulia ini.

Mari kita berdoa, semoga Allah menerima segala amal ibadah kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan di tahun-tahun mendatang.

Semoga pula, ruh Ramadhan tetap hidup dalam jiwa kita hingga akhirnya kita bertemu dengan-Nya dalam keadaan husnul khatimah. Aamiin ya Rabbal ‘alamin. Wallahu a’lam

RIFAY (REDAKTUR MEDIA ALKHAIRAAT)