PERNAH dengar namanya radio pantai? Di banding radio yang lazim kita kenal sebagai stasiun informasi dan hiburan selama ini, sebutan radio pantai tidak begitu populer di mata sebagian masyarakat.
Bahkan di kota Donggala yang memiliki radio pantai pun, nama itu kurang dikenal masyarakat.
Jangan mengira sebutan radio pantai berada di tepi pantai dekat pelabuhan. Kenyataannya, Stasiun Radio Pantai Donggala itu berada di atas sebuah bukit yang lokasinya agak jauh dari pantai.
Tepat di belakang gedung SMK Negeri 1 Donggala, Jalan Kamata No. 5 Kelurahan Gunung Bale, Kecamatan. Lokasi stasiun tersebut jarang terlewati masyarakat umum, kecuali petugas radio setempat.
“Radio pantai itu tidak mesti berada di pantai. Tapi memang disengaja ditempatkan di lokasi ketinggian untuk memonitor keselamatan pelayaran kapal di seluruh wilayah Indonesia,” jelas Adrianis, seorang operator radio pantai yang biasa dikenal dengan markonis.
Adrianis yang sebelumnya bertugas di Radio Pantai Pantoloan ini menjelaskan, jangkauan monitor radio ini cukup luas, bahkan melayani pelayaran internasional.
Cuma saja, kata dia, saat ini keberadaan Radio Pantai Donggala tidak sesibuk zaman dahulu karena tidak semua kapal memasang perangkat radio. Padahal, kata dia, hal itu wajib, termasuk kapal nelayan sebaiknya memiliki perangkat radio demi keselamatan bila ada hal-hal yang membahayakan dalam pelayaran dapat segera mengirim informasi.
Radio Pantai Donggala kategori Kelas IV/A beroperasi hanya dari pukul 08.00 hingga 18.00. Sedangkan yang ada di Pantoloan, Tolitoli, dan Poso merupakan Kelas III yang semuanya masuk dalam Distrik Navigasi Kelas I Bitung, Kemnterian Perhubungan RI.
Ketika pelabuhan masih mengalami kejayaan atau kesibukan melayani rute pelayaran nasional, Radio Pantai sangat dikenal salah satu perangkat navigasi berkaitan keselamatan pelayaran.
Informasi yang diperoleh Adrianis, stasiun Radio Pantai Donggala dibangun tahun 1970-an ketika pelabuhan masih padat dengan kapal berlabuh. Sejak aktivitas pelabuhan mulai berkurang, sebutan radio pantai ikut memudar.
“Namun demikian, keberadaan radio pantai walau tidak nampak kesibukan seperti kantor lain, tapi keberadaannya sangat penting. Sebab ini menyangkut pemantauan informasi keselamatan pelayaran di seluruh perairan,” jelas Adrianis.
Apa dan bagaimana fungsi radio pantai tidak begitu tersosialisasi, bahkan sebagian pelaut kadang mengabaikan peranan stasiun ini. Hingga dekade 1990-an saat alat komunikasi masih terbatas, radio pantai sangat diperhitungkan dan berperan besar dalam menginformasikan situasi dan kondisi cuaca di perairan sekitar pelabuhan, termasuk tentang posisi kapal yang sedang berlayar.
Kesibukan stasiun radio pantai masa dulu seiring padatnya kesibukan aktivitas pelabuhan, bahkan pegawainya mencapai lima orang dan menempati rumah dinas.
Kondisi terkini Radio Pantai Donggala terlihat “redup,” hanya digawangi tiga orang pegawai. Bangunan kantor terbagi lima ruangan (ruang operator, kepala kantor, ruang staf, ruang genset dan ruang jaga). Beberapa bagian mengalami kerusakan dan tidak berfungsi, peralatan komunikasi yang tersedia pun termasuk peralatan sederhana.
Meskipun demikian, di tengah “kesunyian” Radio Pantai Donggala tetap menjalankan fungsi navigasi dengan jangkauan komunikasi ke seluruh wilayah Indonesia.
Menurut Adrianis, yang membedakan kelas stasiun dari aspek kesibukan lalu lintas pelayaran, masa jam beroperasi berbeda. Kalau kelas I buka 1 X 24 jam kerja, kelas III petugas kerja 18 jam dan kelas IV bertugas selama 12 jam.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay