OLEH: Sahran Raden*
Alquran adalah kitab petunjuk bagi manusia sebagaimana dalam QS Albaqarah ayat 185, ditegaskan bahwa “Bulan ramadhan yang didalamnya diturunkan Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk dan pembeda antara yang haq dan bathil.”.
Dalam ayat ini tidak disebutkan hudalmuslimun, hudaluislam atau yang lain, akan tetapi hudalinnas artinya petunjuk bagi manusia. Disini Alquran bermakna universal diperuntukan bagi semua manusia yang menjadikan Alquran sebagai sumber ilmu pengetahuan dengan penuh keimanan.
Kata pembuka ini, dimulai oleh Dr. H. Lukman S Tahir, MA, Pemikir Filsafat Islam dan sekaligus Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Palu, saat menjadi narasumber dalam kajian virtual ramadhan memperingati Nuzul Qur’an di malam ke 17 Ramadhan 1441H.
Banyak hal dalam kajian ramdhan memperingati nuzul qur’an ini menjadi ilmu pengetahuan yang bermanfaat terutama berkaitan sains dan revolusi baru peradaban manusia.
Dalam buku “Ensiklopedia Peradaban Islam” suatu yang mengagumkan peradaban Islam adalah ketika bahasa Arab digunakan sebagai bahasa ilmu, sains, kedokteran dan sastra.
Philip K. HItti dalam bukunya “ History of the Arabs” menjelaskan, selama berabad-abad bahasa Arab sudah menjadi bahasa ilmu pengetahuan, budaya dan bahasa kemajuan intelektual untuk seluruh dunia saat itu, kecuali timur jauh.
Dari abad ke-9 sampai abas ke-12, karya-karya tentang filosofi, sejarah, kedokteran keagamaan, astronomi dan geografi lebih banyak ditulis dalam bahasa Arab daripada bahasa lainnya.
Ada banyak jalan untuk memahami Arab-Islam, dan buku ini adalah jalan lintas yang paling aman dan paling cepat. Inilah karya tentang kemunculan Islam dan perkembangannya hingga Abad Pertengahan, gerak penaklukannya, kerajaannya, serta masa kejayaan dan kemundurannya, yang sangat komprehensif.
Ia menyingkapkan seluruh kekayaan panorama historis yang mengesankan.
Philip K. Hitti melakukan telaah serius selama sepuluh tahun untuk menghimpun data-data historis tentang Arab-Islam. Ia merasa tak puas dengan hanya mengungkap data-data historis seputar pergantian penguasa yang berlangsung di dunia Arab-Islam.
Ia melacak lebih jauh pada kondisi prasejarah bangsa Arab, termasuk kondisi geologi dan geografinya. Al Qur’an pun menjadi sumber ajaran dan inspirasi dalam membangun peradaban Islam.
Selain kajian tentang Sains dan revolusi peradaban Islam, Salah satu yang menarik dalam kajian ramadhan itu terkait dengan konsep Qur’aniq Immunity. Paradigma ini dijadikan sebagai jalan dan petunjuk dimana Qur’an sebagai sarana mencegah virus corona yang membayakan.
BUKTI BUKTI KEBENARAN ALQUR’AN
Banyak fakta fakta sains menjadi bukti dari keotentikan dan kebenaran Alquran. Baik dimasa lampau maupun masa kini. Misalnya saja bukti tentang alam penciptaan alam semesta.
Alam semesta terdiri dari berbagai objek seperti planet, bintang, bulan, asteroid dan sebagainya. Masing-masing beredar sesuai dengan orbitnya dan tak bertabrakan antara planet yang satu dengan planet lainnya.
Dalam buku ‘Sains dalam Alquran‘ yang ditulis Nadiah Thayyarah menjelaskan bahwa bulan berputar pada porosnya dan pada saat yang sama ia berevolusi mengelilingi Bumi dalam suatu orbit statis. Begitu pula dengan planet bumi. Bumi berputar pada porosnya setiap 24 jam sekali, dengan kecepatan konstan kira-kira 1.600 kilometer per jam.
Namun, pada saat yang sama, bumi juga berevolusi mengelilingi matahari dalam suatu orbit statis setiap 365 hari sekali, dengan kecepatan 30 kilometer per detik.
Allah telah berfirman, “Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Yasin: 40).”Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing beredar pada garis edarnya.” (Al-Anbiya’: 33).”Dan, Dia menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.” (Az-Zumar: 5).”Sungguh, Allah yang menahan langit dan bumi agar tidak bergeser.”16 (Fathir: 41).
Ayat-ayat di atas mengisyaratkan adanya revolusi benda-benda angkasa, dengan pengertian bahwa tidak mungkin akan terjadi benturan antara matahari baik dengan bulan maupun dengan planet-planet.
Pada surah yang lain Allah menjelaskan bahwa “Dan Dialah yang membiarkan dua lautmengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53).
Adalah Mr.Jacques Yves Costeau , seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Dia membuat film dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.
Di suatu saat dia melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu.
Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan, artinya “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 tersebut.
Keautentikan Alqur’an di masa kini juga dibuktikan dengan terbukanya tabir hati ahli farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru-baru ini menyatakan diri masuk Islam saat membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika.
Keith Moore adalah ahli Embriologi terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Bunyi dari surat An-Nisa’ tersebut antara lain sebagai berkut;”Sesungguhnya orang-orang kafir terhadap ayat-ayat kami, kelak akan kami masukkan mereka ke dalam neraka, setiap kali kulit mereka terbakar hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain agar mereka merasakan pedihnya azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagiMaha Bijaksana.“
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis, dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah dan syaraf.
Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien. Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat merasakan pedihnya azab Allah tersebut.
Maha Besar Allah yang telah menyisipkan firman-firman-Nya dan informasi sebagian kebesaran-Nya lewat sel tubuh, kromosom, pembuluh darah, pembuluh syaraf.
Tentu banyak bukti kebenaran Alquran yang telah dibuktikna dengan sains dan ilmu pengetahuan yang tidak mungkin akan mungkin diulas ditulisan pendek ini. Bahwa Allah memperlihatkan atas bukti kebenaran dan keotentikan Alquran sepanjang masa sesuai dengan fakta fakta sains dan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
QUR’ANIQ IMMUNITY
Dalam banyak prediksi secara sains Covid 19 yang menjadi virus global, belum dipastikan akan bisah meredah atau hilang. Data pertanggal 9 Mei 2020, terkonfirmasi positif covid 19 di Indonesia berjumlah 13.645 kasus positif, meninggal 959 dan sembuh berjumlah 2.607 orang. Melihat perkembangan yang terus naikmaka dibutuhkan upaya upaya kita untuk menangkal penyebaran viris corona berbahaya dan mematikan ini.
Pemerintah pun telah berupaya untuk mencegah meluasnya Covid 19 ini dengan mengeluarkan kebijakan untuk melindungi warganya mulai dari Anjuran social distancing atau yang kini disebut sebagai physical distancing menggunakan masker, cuci tangan, hindari kerumunan massa yang lebih besar untuk menekan penyebaran virus corona.
Salah satu seruan WHO orgnaiasasi kesehatan dunia dalam rangka menangkal wabah virus corona ini yaitu dengan memperkuat imun dalam tubuh.
Wabah Corona yang masih berlangsung sampai saat ini, harus dihadapi antara lain dengan memperkuat imunitas tubuh.Daya tahan tubuh antara lain dapat diperoleh dengan cara membaca Al-Qur’an. Selain tentu saja dengan makanan, minuman dan vitamin lainnya.
Mengapa Al-Qur’an dapat meningkatkan imunitas tubuh? Bahwa dalam qur’an dijelaskan “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar- Ra’d : 13).
Secara teologis bahwa agama tidak saja berada dilangit akan tetapi bagaimana agama dibumikan dalam diri manusia. Sains itu pemahaman adalah fisika sedangakan ilmu itu lebih luas. Membaca Qur’an dapat berdampak konsumsi energi imun bertambah bagi yang membacanya.
Banyak para tokoh itelektual, ahli tafsir dan para ulama menganjurkan bacaan bacaan Alquran sebagai obat penenang jiwa.
Menurut Asgar Ali Enginer bahwa Alquran memiiki dua makna. Pertama, makna normatif yang bersifat universal dan kedua makna kontekstual yang bersifat temporal yang dipahami sebagai cara Allah dalam menyelesaikan problem manusia yang bersifat historis.
Dalam salah penelitian oleh Ahli penyakit jantung dan direktur lembaga pendidikan dan penelitian kedokteran Islam di Amerika, menyampaikan setelah mengadakan riset lapangan dimana ada 210 pasien sukarela selama 48 kali pengobatan yang dibarengi dengan pembacaan Al-Quran atau memperdengarkannya.
Hasilnya, 77% dari sampel acak yang terdiri dari muslim dan non muslim menampakkan adanya gejala pengenduran saraf yang tegang dan selanjutnya ini menimbulkan ketenangan jiwa.
Semua gejala tadi direkam dengan alat pendeteksi elektronik yang dilengkapi dengan komputer untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh selama pengobatan.
Berkurangnya ketegangan saraf ini mampu mengaktifkan dan meningkatkan daya imunitas tubuh dan memperoleh proses kesembuhan pasien.Penemuan seperti ini tentu semakin meyakinkan kita terkait i’jazul Qur’an (kemu’jizatan Al-Quran).
Memang Allah SWT sudah menegaskan bahwa Al-Qur’an adalah obat, sebagaimana firman Allah “Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS. Al-Isra : 82).
Rasulullah SAW menjelaskan dalam sebuah sabdanya, “Dan tiadalah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) membaca kitabullah (Al-Quran) dan mempelajarinya kecuali akan dikelilingi malaikat, dianugrahi ketenangan, diliputi rahmat dan disebut-sebut Allah di hadapan makhluk yang dekat kepadanya.” (HR. Muslim).
Hadits ini menegaskan bahwa orang yang membaca Al-Quran akan mendapatkan empat hal.
Pertama, para malaikat akan mengelilingi orang yang membaca Al-Qur’an. Mereka ikut mendengarkan bacaan Al-Qur’an, menyalami dan memelihara mereka dari berbagai bala atau musibah.
Kedua, orang yang membaca Al-Qur’an akan diberikan ketenangan jiwa; hatinya akan menjadi bersih sehingga hilanglah kebimbangan dan kegundahan dalam jiwanya.
Ketiga, Allah akan melimpahkan rahmat pada orang yang membaca Al-Qur’an dan mendengarkannya.
Keempat, orang yang membaca dan mempelajarinya akan disebut-sebut oleh Allah di kalangan para malaikat.
Sepantasnyalah kita harus hidup sebagaimana kaum muslimin pertama yang telah memberikan contoh sebenarnya dalam kenyataan kehidupan dan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami manusia.
Kita berharap agar Qur’ani dapat diterapkan secara langsung dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena itu, kita harus berusaha mewujudkan orientasi Qurani tersebut secara menyeluruh.
Kita bisa melihat bagaimana Alquran yang setahap demi setahap dapat mengarahkan manusia yang terkadang jatuh dan bangun dalam kehidupannya, yang mengalami pasang surut, lemah dan kuat, sakit dan sembuh, yang terkadang naik derajatnya secara perlahan, terkadang harus menahan derita yang mencekam, dan terkadang mampu bersikap sabar dan tekun.
Ternyata kesemuanya itu merupakan ciri-ciri yang terdapat dalam diri manusia. Karenanya, sebagai orang yang diajak bicara oleh alquran, kita pun bisa merasakan sebagaimana orang yang diajak bicara oleh alquran pada masa lalu.
Karena kita bisa merasakan, melihat, mengetahui, dan merenungkan segala apa yang dituturkan oleh alquran, menerima serta mengambil manfaat yang terkandung dalam alquran itu sendiri. Dalam hal ini, alquran tetap sebagai pembimbing bagi kita semua. (Wallahu a’lam bishawab)
*Penulis adalah Anggota KPU Provinsi Sulawesi Tengah