PALU – Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sulawesi Tengah, Temu Sutrisno, mengajak pelajar di Kabupaten Sigi menggunakan media sosial dengan bijak.
Ajakan itu disampaikan Temu saat menjadi pembicara pada Talk Show Peran Pers dalam Dunia Pendidikan di Era Digital, yang diselenggaran Yayasan Sukma Bangsa Kabupaten Sigi, Jumat (24/02).
“Perkembangan teknologi begitu cepat. Belum usai 4.0, kini kita diperhadapkan pada wacana industri 5.0. Masyarakat dipaksa melakukan lompatan ke era society 5.0. Menyambut era society 5.0, setiap orang dituntut berpikir kritis, kreatif, dan inovatif agar mampu memecahkan masalah yang rumit, masalah yang sangat komplek,” ujarnya.
Society 5.0 lanjut Temu, akan ditandai dengan penyatuan ruang maya dan ruang fisik yang dilengkapi dengan kecerdasan buatan. Aktivitas manusia akan difokuskan pada human centered yang berbasis pada teknologi.
“Era society 5.0, seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi teknologi informasi akan memudahkan kerja seseorang dan memperluas informasi secara cepat. Namun juga mampu menciptakan kehampaan jiwa. Ada kekosongan spiritual dan kemanusiaan. Paling sederhana, banyak orang membuat dan mengakses konten negatif. Ini yang harus kita hindari. Kita ambil sisi positifnya, kita buang negatifnya. Mana yang membawa maslahat kita pakai, mana yang menimbulkan mudharat kita tinggalkan. Kita harus bijak soal ini, tidak membabi buta,” kata Temu.
“Kecerdasan buatan atau artificial intelligence akan mentransformasi jutaan data yang dikumpulkan melalui internet dari segala bidang kehidupan. Artinya, kecerdasan buatan akan sangat bergantung pada big data yang disetting para programmer. Jika progammer dan kita semua tidak mewarnainya dengan nilai spiritual dan budaya atau bahasa sederhananya dengan konten positif pada big data, maka kecerdasan buatan juga akan lalai dari spiritualitas dan budaya yang baik,” tambahnya.
Memcermati kondisi tersebut, Menurut Temu perlu langkah-langkah strategis bagi masyarakat dan bangsa Indonesia, termasuk pers dan dunia pendidikan harus menyadari bahwa kekosongan budaya dan spiritual di big data perlu diisi dengan beragam konten kebaikan dan kemanusiaan seperti nilai moral, etika, rasa empati, simpati, cinta kasih, dan nilai-nilai serupa.
“Semakin banyak pihak berkolaborasi dalam gerakan literasi digital untuk kemanusiaan, akan semakin baik. Semakin banyak konten kebaikan dalam media siber, semakin berwarna big data dengan data-data kebaikan,” tuturnya.
Hadir dalam kegiatan tersebut perwakilan SMP, SMA, dan SMK di Kabupaten Sigi, Dewan Pengawas Yayasan Sukma Prof. Ratno Lukito, Ph.D, dan Wakil Ketua Bidang Hukum PWI Provinsi Sulawesi Tengah yang juga Pemimpin Redaksi Metro Sulawesi, Udin Salim.
Usai talk show, Temu Sutrisno dan Udin Salim menyempatkan diri memberikan coaching clinic teknik peliputan dan wawancara untuk wartawan Sekolah Sukma Bangsa yang mengelola media pelajar Ebony. (YAMIN)