OLEH: Sofyan Thaha Bachmid*
Marhaban ya Ramadhan. Ini kalimat yang paling jamak disampaikan orang ketika memasuki bulan suci Ramadhan.
Mengapa disebut sebagai bulan suci? Banyak argumentasi tentang hal ini. Di antaranya, Ramadhan dikatakan sebagai bulan suci karena di dalamnya ada pengampunan dari Allah SWT.
Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari; menyatakan bahwa “Setiap amalan anak Adam itu untuknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang membalasnya.”
Melalui hadits ini, secara tidak langsung kita dapat melihat puasa merupakan amalan manusia yang dijamin langsung oleh Allah SWT. Puasa yang umat muslim kerjakan adalah untuk Allah dan dinilai langsung oleh Allah SWT.
Bagi manusia, amaliah Ramadhan ibarat proses pembersihan hati dari noda hitam karena perbuatan dosa yang selama ini dilakukan hati yang kotor. Ibarat cermin yang banyak kotorannya sehingga pantulan bayangannya tidak jelas. Setelah kotoran di cermin dibersihkan maka bayangan kembali jelas.
Hati yang bersih itulah hati nurani atau hati yang bercahaya. Hati yang mudah menerima cahaya kebenaran dan mengamalkannya dalam kehidupan. Qalbun salim (hati yang selamat) karena senantiasa ingat kepada Allah. Maka jadilah ia manusia yang dekat dengan Allah (al muqarrabun). Jika sudah dekat dengan Allah maka seluruh perilakunya ada dalam ridha Allah Itulah takwa manusia yang mulia.
Oleh karena itu, bertemu dengan bulan ini patut untuk kita disyukuri. Jauh-jauh hari sebelum Ramadhan, yakni ketika memasuki bulan Rajab, Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk berdoa dengan kalimat “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”.
Tanggal 13 April 2021, Alhamdulillah kita dipertemukan dengan bulan suci Ramadhan.
Sepanjang bulan suci kali ini saya ingin menuliskan berbagai fenonema Ramadhan yang dikaitkan dengan “manajemen”. Pertanyaannya, adakah kaitan Ramadhan dan Manajemen? Jawabnya tentu saja ada, karena sejatinya contoh manajemen yang terdekat adalah diri kita sendiri. Salah satu contoh adalah pengendalian.
Puasa selain disebut sebagai bulan suci, dapat pula disebut sebagai bulan pengendalian. Minimal yang kita kendalikan adalah rasa lapar dan haus.
Salah satu fungsi manajemen adalah pengendalian (Controling). Dalam manajemen diartikan sebagai proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar bisa terlaksana sebagaimana yang telah direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti.
Melalui puasa manusia diajarkan untuk selalu melakukan muhasabah atas berbagai perilaku yang pernah dilakukan di masa lalu. Ujungnya adalah melahirkan manusia yang Fitri, yang bersih serta kembali ke standar atau ke titik nol kembali.
Semoga kedatangan Ramadhan yang mulia pada tahun ini dapat membuat kita juga menjadi mulia, manusia bertakwa.
Mari jaga diri dengan melakukan perbuatan mulia. perbuatan yang Allah ridhai. Perbuatan yang memberikan manfaat bagi sesama dan alam semesta. Amin Ya Rabbal Alamin.
*Penulis adalah Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sulawesi Tengah/Dosen IAIN Palu