JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk, kode saham (INCO), sebagai bagian dari Mining Industry (MIND ID) terus menunjukkan ketahanan, kedisiplinan, dan transformasi yang semakin matang.

Kondisi ini tetap dipertahankan meskipun di tengah tahun yang penuh tekanan pasar global, perubahan regulasi, dan tantangan operasional.

Pada analyst gathering hari ini, perusahaan memaparkan kisah kuat tentang bagaimana eksekusi strategis dan kepemimpinan operasional yang bertanggung jawab terus menciptakan nilai bagi Indonesia dan dunia.

Stabilitas operasi selama 3Q25 memperkokoh performa sepanjang tahun. Produksi nikel matte mencapai 19.391 ton, naik 4% dibanding triwulan sebelumnya. Angka ini mendorong total produksi 9M25 menjadi 54.975 ton.

Di balik angka ini, terdapat perencanaan pemeliharaan yang lebih disiplin, intervensi teknis lebih awal, dan kerja tim yang tak mengenal lelah di site Sorowako.

Momentum tersebut tercermin dalam hasil keuangan yang solid. Pendapatan mencapai US$705 juta, EBITDA berada pada US$166 juta, dan laba bersih meningkat 3% menjadi US$52 juta.

Efisiensi di sisi pengadaan dan optimasi energi berhasil menurunkan cash cost nikel matte sebesar 5%, memperkuat daya tahan perusahaan terhadap tekanan eksternal.

Bisnis perusahaan semakin lincah melalui penjualan bijih nikel saprolit, yang mencapai 896.263 WMT hingga September 2025.

Langkah ini membuka sumber pendapatan baru, menguatkan margin, dan memberikan fleksibilitas komersial pada kondisi harga global yang menantang.

“Ketahanan finansial itu tidak datang begitu saja, melainkan dihasilkan dari kerja keras dan disiplin,” jelas Rizky Andhika Putra, Chief Financial Officer.

Lanjut dia, dengan menata ulang struktur biaya, memperkuat modal kerja, dan membuka sumber pendapatan baru, PT Vale mampu menjaga margin dan likuiditas.

“Memasuki 2026, prinsip kehati-hatian finansial akan tetap menjadi fondasi kami,” katanya.

Paruh pertama 2025 bukan tanpa tantangan—mulai dari gangguan furnace, hingga tekanan kenaikan biaya regulasi.

Namun alih-alih memperlambat langkah, perusahaan justru mempercepat eksekusi. Jadwal pemeliharaan dipercepat ke 1H25, persiapan rebuilding EF3 dimajukan, dan kontrol biaya diperketat. Semua ini menyiapkan pijakan yang lebih kuat untuk 2H25 dan tahun 2026.

Tidak ada capaian yang lebih penting dari keselamatan. Dengan zero fatality year-to-date, penurunan TRIFR menjadi 0,43 dan lebih dari 200 kontrol risiko kritis diverifikasi setiap hari. Budaya keselamatan menjadi bukti kedisiplinan dan kepemimpinan yang kuat.

Serangkaian pengakuan nasional dan internasional—seperti ENSIA Award, Lestari Award, ESG Business Award, Investortrust ESG Award, dan Subroto Award—menggambarkan kekuatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan dan pembangunan sosial.

Pencapaian besar lainnya adalah peningkatan Sustainalytics ESG Risk Rating menjadi 23,7, menjadikan perusahaanmasuk dalam Top 15 perusahaan pertambangan berisiko ESG terendah di dunia.

Upaya menuju sertifikasi IRMA-50 juga terus berlanjut dan memasuki fase critical requirement improvement—penanda keseriusan dalam mematuhi standar pertambangan bertanggung jawab kelas dunia.

Empat mesin pertumbuhan besar—Pomalaa, Bahodopi, Sorowako Limonite, dan Tanamalia—mencatat progress signifikan dan menjadikan ini salah satu investasi berorientasi energi bersih terbesar di Indonesia:

 • Pomalaa (Ford & Huayou): Progres tambang 43,71%, HPAL 33,04%

 • Bahodopi (GEI): Progres tambang 89,7%, HPAL 16,72%

 • Sorowako Limonite: Progres konstruksi 25,37%

 • Tanamalia: Studi kelayakan dan pemilihan mitra teknis berjalan baik

Proyek-proyek ini akan menghasilkan “nikel yang tepat”—kelas 1, rendah karbon, dan dibutuhkan oleh industri baterai kendaraan listrik global.

“Rangkaian proyek pertumbuhan ini bukan hanya investasi, tetapi kontribusi besar bagi negeri,” tutur Muhammad Asril, Chief of Projects.

Kata dia, setiap persen progres, setiap milestones yang tercapai, dan setiap ton kapasitas baru adalah bagian dari ambisi bersama untuk membangun ekosistem nikel energi bersih yang terintegrasi di Indonesia.

Rencana eksplorasi jangka panjang tengah disiapkan untuk membuka potensi mineral hingga 2,5 kali cadangan saatini, mencakup lebih dari 118.000 hektare di Sulawesi Selatan, Tengah, dan Tenggara. Mulai 2026, program pengeboran intensif—hingga 6.500 hole per tahun—akan memastikan keberlanjutan pasokan nikel strategisIndonesia di masa depan.

Tahun mendatang akan menjadi fase penting ketika perusahaan membentuk baseline biaya baru, meningkatkan keandalan operasi, dan memperkuat disiplin di tiga area operasi utama: Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa.

Dengan ketidakpastian pasar yang masih terasa dan ekspektasi regulasi yang meningkat, fokus perusahaan memasuki 2026 sangat jelas: meningkatkan keandalan produksi, menjaga standar keberlanjutan tertinggi, mempercepat eksekusi proyek, dan menciptakan nilai bersama bagi Indonesia. ***