MAKASSAR – PT Vale Indonesia Tbk menegaskan komitmennya untuk menerapkan praktik keberlanjutan pada setiap aktivitasnya, terkhusus di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai basis operasional di Indonesia.

Head of Communications PT Vale Indonesia Tbk Bayu Aji, mengatakan, pertambangan berkelanjutan yang dipadukan dengan hilirisasi dan konsep hijau telah menjadi pijakan perseroan guna memberikan manfaat berganda yang inklusif bagi Sulsel maupun nasional.

“PT Vale tetap konsisten menjalankan praktik pertambangan berkelanjutan yang dapat dilihat di area operasional kami yang tetap terjaga setelah 55 tahun beroperasi. Komitmen ini akan kami lanjutkan ke dalam proyek-proyek pengembangan ke depan, menguatkan agenda kami sebagai pengolah nikel rendah karbon dan memberikan manfaat sosial ekonomi lingkungan bagi daerah maupun nasional,” ujarnya dalam Media Meet Up : Hilirasi dan Keberlanjutan Ekonomi Sulsel, Senin (21/11).

Bayu menjelaskan, khusus di Sulsel, pihaknya akan kembali mengeskalasi manfaatnya seiring dengan pembangunan pabrik smelter HPAL Sorowako Limonite Project yang perjanjian Kerja Sama Definitif-nya telah ditandatangani 25 Agustus lalu bersama Huayou dan Huali. Smelter itu akan menghasilkan 60K ton/tahun nikel dalam bentuk MHP yang dapat diolah lebih lanjut menjadi baterai kendaraan listrik.

Secara keekonomian, lanjut dia, proyek yang juga kembali meneguhkan PT Vale Indonesia pada kerangka penghiliran itu, diestimasi menjadi katalis signifikan terhadap aspek perekonomian Sulsel, meningkatnya nilai tambah ekspor nikel, memperbesar peluang SDM lokal, serta serangkaian efek positif lainnya bagi sosial ekonomi Sulsel.

Bayu Aji memaparkan, PT Vale senantiasa membuka ruang kolaborasi efektif bagi pemerintah daerah tingkatan provinsi/kabupaten sehingga seluruh aktivitas bisa memberikan manfaat luas bagi masyarakat dan perekonomian Sulawesi Selatan.

Di kesempatan yang sama, Staf Ahli Gubernur Sulawesi Selatan, Bidang Ekonomi, Pembangunan dan Keuangan, Since Erna Lamba, mengatakan, kebijakan pemerintah dalam hal meningkatkan investasi masuk ke daerah menjadi hal yang positif.

“Hanya saja masih ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam mengoptimalkan kebijakan hilirisasi, sehingga harus dicarikan solusi secara bersama-sama,” katanya.

Intinya, kata dia, yang harus dibahas adalah berkolaborasi, baik pemerintah selaku pengambil kebijakan, dunia usaha yang melakukan aktivitas usaha, dan lainnya.

“Karena memang kebijakan hilirisasi idealnya dilakukan dengan komitmen bersama dengan membenahi hal-hal dasar, jadi bagaimana kita membagi tugas dan kewenangan,” katanya.

Kegiatan Media Meet Up : Hilirisasi dan Keberlanjutan Ekonomi Sulsel turut juga dihadiri oleh Senior Manager PLN Sulselrabar Darmadi, Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan DPMPTSP Sulsel Abdul Hadi, serta Arief Noor Rachman Analis Senior Bank Indonesia Provinsi Sulsel. *