PT IMIP dan Perannya Merawat Toleransi di Kawasan Industri

oleh -
Ketua DKM PT IMIP, Djoko Suprapto bersama karyawan non muslim PT IMIP saat mendistribusikan daging kurban pada Idul Adha Tahun 2024 lalu. (FOTO: DOK. PT IMIP)

Ide membangun rumah ibadah, apalagi di tempat yang dihuni oleh mayoritas penganut agama lain, adalah sesuatu yang tak mudah, bahkan nyaris mustahil.

Belum lagi, jika rumah ibadah itu dibangun tepat berdampingan dengan rumah ibadah agama lain yang memang sudah berdiri jauh sebelumnya. Pemandangan ini sangat jarang ditemui, bahkan hanya bisa dihitung jari, di mana dalam satu lokasi ada dua rumah ibadah yang berdiri berhadap-hadapan atau bahkan berdampingan.

Desa Labota, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali adalah satu dari sedikit daerah yang menyajikan pemandangan sejuk itu.

Di ring satu tempat beraktivitasnya industri nikel raksasa, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ini, dibangun sebuah Gereja Oikoumene yang berdampingan dengan Masjid Al Mu’minin PT IMIP.

Melihat total jumlah karyawan PT IMIP sekitar 80.259 orang yang kurang lebih 80 persennya beragama Islam, maka pembangunan rumah ibadah umat kristiani di sebelah masjid, tentu membutuhkan sebuah pengertian dan sikap ikhlas yang besar dari kaum mayoritas.

Inilah salah satu tugas Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) PT IMIP. Terbangunnya Gereja Oikoumene di awal 2020 silam itu, tak lepas dan peran-peran DKM PT IMIP dalam mengoordikasikan dan memberikan pemahaman kepada kaum muslimin akan pentingnya menjaga toleransi beragama sesama karyawan dan masyarakat di lingkar industri.

Ketua DKM PT IMIP, Djoko Suprapto, kepada Media Alkhairaat, Kamis (08/08) mengatakan, di DKM PT IMIP sendiri, ketika ada pembangunan rumah ibadah agama lain, maka DKM berkoordinasi dengan pihak yang terkait di perusahaan.

“Di sini peran DKM sebagai penghubung koordinatif antar umat beragama. Sebagai contoh, PT. IMIP berhasil memfasilitasi pembangunan masjid dan gereja. Bukti konkretnya ada di area Rusunawa Labota,” kata Djoko.

Tak hanya itu, DKM juga membantu dalam penggunaan lahan masjid sebagai tempat parkir dan fasilitas toilet yang dapat digunakan oleh komunitas gereja, saat mereka mengadakan aktivitas/event.

Di Kawasan PT IMIP sendiri, kata Djoko, hubungan toleransi antar umat agama sangat terjaga dengan baik.

“Kami telah banyak berperan dalam mediasi antara komunitas yang ada di dalam kawasan PT IMIP. Selama acara-acara besar seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, kami juga aktif berkontribusi untuk membantu mengamankan area parkir gereja,” ungkapnya.

Tak hanya itu, ketika di salah satu tenant dalam kawasan IMIP mendapat kunjungan tamu luar negeri (Tesla & Ford) dari Amerika, pada kesempatan itu dirinya berkesempatan memaparkan keberadaan masjid dalam kawasan serta peran DKM dalam menjaga toleransi serta ketenangan spiritual karyawan.

“Sehingga kinerja karyawan tetap terjaga dengan baik dan tentunya akan meningkatkan efisiensi perusahaan,” jelasnya.

Ia tak menampik, konflik atau gesekan pasti akan terjadi pada sebuah lokasi perusahaan yang dihuni puluhan ribu karyawan. Namun, kata dia, sejauh ini tidak ada konflik yang berbasis atau berlatar belakang agama, baik di dalam maupun luar kawasan.

“Kami percaya ini berkat kerja sama rutin dengan MUI yang terus berkoordinasi dengan kami. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Kabupaten Morowali dan provinsi sangat membantu menjaga kondusivitas antar umat beragama,” katanya.

Praktik toleransi beragama yang berlaku di PT IMIP, pernah mendapatkan apresiasi positif dari Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulteng, Prof Dr Zainal Abidin.

Prof Zainal yang kala itu menghadiri peresmian pembangunan gereja Oikoumene, mengatakan bahwa keberadaan masjid yang berdampingan dengan geraja menjadi simbol kerukunan umat beragama yang ada di Kabupaten Morowali.

“Lewat masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya, diharapkan karyawan IMIP akan semakin meningkatkan kejujuran mereka dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,” katanya. (RIFAY)