MOROWALI- Aktivitas industri yang semakin masif di kawasan IMIP menimbulkan berbagai tantangan, seperti meningkatnya jumlah tenaga kerja turut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan hidup.

Oleh karena itu, CSR IMIP menjadikan isu tersebut sebagai perhatian utama dengan tujuan membangun resilience atau ketahanan masyarakat di sekitar kawasan industri, agar mampu beradaptasi dan tumbuh bersama perusahaan.

Selain itu guna mendukung tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) melalui program-program sosial dan lingkungan strategis.

Demikian dipresentasikan oleh Yaya dari Departemen CSR PT IMIP, di Ruang Konferensi, Wisma Tsingshan, Desa Fatufia, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Senin (7/7) malam.

Yaya menjelaskan, CSR IMIP menetapkan dua isu strategis hingga tahun 2030, yakni lingkungan dan sosial. Program dirancang agar kedua isu ini bersinergi untuk meningkatkan ketahanan masyarakat di sekitar kawasan industri.

“Di tahun 2025, beberapa program dijalankan dan diperkuat seperti optimalisasi infrastruktur sosial, pembangunan jalan mandiri desa, dan layanan prima desa yang mencakup perbaikan sarana dan prasarana umum,” ujarnya.

Yaya mengatakan, pengelolaan lingkungan menjadi fokus utama dengan melibatkan masyarakat dalam pengolahan sampah terpadu, pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) lewat inisiatif Green Buffer, serta program Sinergi Pesisir yang mencakup pelestarian terumbu karang dan mangrove. Program-program ini didukung penyediaan sarana prasarana pengelolaan sampah serta pelibatan masyarakat dalam aksi nyata pelestarian lingkungan.

Di bidang pendidikan, kata Yaya IMIP fokus pada pembangunan dan perbaikan fasilitas sekolah, peningkatan kapasitas guru, serta dukungan terhadap pendidikan non-formal. Tiga program besar yaitu Sinergi Pendidikan Berdaya, Unggul Bersama IMIP, dan Sinergi Cendekia mencakup pemberian beasiswa di berbagai kota (Palu, Kendari, Yogyakarta, Makassar), serta pembangunan rumah literasi dan pengoperasian sekolah apung di Sombori.

Selain itu kata Yaya CSR IMIP juga fokus pada kesejahteraan sosial melalui akses layanan kesehatan dan penguatan komunitas tanggap bencana. Data menunjukkan rata-rata 5.800 orang per tahun memanfaatkan layanan klinik IMIP. Donor darah dilaksanakan sejak 2021 berhasil mengumpulkan 2.234 kantong darah disalurkan ke RSU Morowali dan PMI di wilayah Sulawesi Tenggara.

Pembangunan infrastruktur sosial juga digencarkan, kata Yaya seperti perbaikan jalan Trans Sulawesi sepanjang 745 meter, pembangunan drainase 2,2 kilometer, pembangunan kantor desa, hingga pengecoran masjid. Dalam aspek konservasi, dilakukan translokasi satwa endemik Macaca Tonkeana, pembangunan taman sains herbal, serta penanaman 1.200 fragmen terumbu karang dan 43.082 bibit mangrove sejak tahun 2022.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat dilakukan melalui pelatihan UMKM, pengembangan wisata lokal, dan pembinaan kelompok tani di berbagai desa seperti Desa Lele. Produk-produk hasil tani seperti kentang dan tomat bahkan telah dikirimkan sebagai komoditas tetap di kawasan IMIP. CSR juga melibatkan masyarakat dalam pelatihan ecoprint, kriya logam, serta pengelolaan buah panggul menjadi produk bernilai jual.

Program Bank Sampah di Desa Labota melalui KSM Arah Sinergi Berdaya telah melibatkan 406 nasabah, mengumpulkan 36 ton sampah, dan menabung lebih dari Rp56 juta. CSR IMIP juga menjaga akuntabilitas melalui pelaporan tahunan, media sosial, dan partisipasi dalam ajang CSR Award.

“Semua program ini merupakan bentuk komitmen jangka panjang IMIP dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Morowali dan sekitarnya,” tegasnya.