PSI Ingatkan Pemkab Morowali Usulkan Partisipasi Saham di IMIP

oleh -
ANDIKA

PALU – Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Sulawesi Tengah mengingatkan pemerintah Kabupaten Morowali, untuk menegosiasikan kembali keberadaan Kawasan  Indonesia Morowali  Industrial Park (IMIP), berkaitan dengan kemungkinan pemerintah daerah untuk mengajukan partisipasi saham daerah.

“Pemkab Morowali perlu menegosiasikan ulang dengan Menteri Perindustrian,” ujar Politisi PSI Andika di Palu, Rabu (28/11).

Calon legislative DPR RI termuda itu menyampaikan, bila pemerintah daerah tidak memulai dari sekarang untuk melakukan negosiasi, kedepan akan jauh lebih rumit. Karena mereka akan kesulitan mengontrol kegiatan investasi di dalam kawasan, sebab IMIP berdiri berdasarkan regulasi Kawasan Ekonomi Khusus dan menjadi zona objek vital berikat.

“Bila Pemda tidak memiliki saham, maka akan kehilangan control. Bila tidak ada kontrol, maka penerimaan terhadap daerah juga sulit ditumbuhkan, sebab pengutipan rente dan tax berbasis regulasi, yang kewenangannya melekat pada Menteri Perindustrian,” jelas Andika.

BACA JUGA :  "Pilih Anwar-Reny untuk Sulteng Lebih Nambaso"

Apalagi kata Andika, pada 2030, dunia otomotif dunia bergeser ke arah mobil elektrik yang komponen dasarnya menggunakan nikel. Secara otomatis, permintaan pasar akan produk nikel setengah jadi, sebagaimana yang ada dalam kawasan IMIP sekarang akan mengalami kenaikan.

“Kan ironi, daerah dengan tingkat proyeksi produksi nikel setengah jadi di atas 1 juta metrik ton per tahun, APBD nya selalu defisit tiap tahunnya,” kata Andika.

Menurut Andika, investasi diundang untuk memperbesar kapital disuatu daerah, agar ada titik tumbuh yang diharapkan untuk menciptakan lapangan kerja dan penerimaan bagi negara, khususnya daerah penghasil.

“Investasi itu harus tumbuh bersama pekerjanya, masyarakat, dan daerah penghasil. Bukan sebuah enclave yang didalamnya riuh dengan kemewahan yang  ditonton orang miskin dari luar pagar kawasan,” tandasnya. (YAMIN)

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.