DONGGALA – Pemerintah Desa Walandano, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), bekerjasama dengan Medco Foundation, Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulteng, dan Forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Sulteng menggelar Festival Walandano.
Kegiatan tersebut digelar dalam rangka peresmian Pusdes Walandano, di Desa Pesisir Walandano, Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, mulai 16 hingga 20 Mei 2022.
“Rasakan kemeriahan event ini sambil mengeksplorasi keindahan alam Desa Walandano beserta keramahan warganya,” ucap Head of Medco Foundation, Roni Pramaditia, di Kantor Perwakilan BKKBN Sulteng, Kamis (19/05).
Kata Roni, event tersebut diwarnai berbagai kegiatan literasi dan budaya, dan pihaknya mendukung kegiatan itu melalui program Corporation Sosial Responsibility (CSR) dalam bentuk perpustakaan desa di Desa Walandano.
Menurutnya, ini pertama kalinya Medco Foundation memprogram pemanfaatan CSR di Wilayah Sulteng. Perpustakaan desa rencananya akan diresmikan, Jumat (20/05).
Roni menjelaskan, konsep perpustakaan desa tersebut dirancang tidak hanya sekadar digunakan sebagai ruang baca pada umumnya perpustakaan lainnya, tetapi bisa dimanfaatkan warga sebagai ruang diskusi untuk membahas berbagai hal dengan bacaan yang telah disajikan dalam perpustakaan.
“Perpustakaannya berlantai dua, dengan menggunakan bahan kayu. Lantai dua dimanfaatkan untuk tempat pajangan buku dan lantai dasar untuk ruang diskusi. Konsep seperti ini pernah kami canangkan di salah satu desa di Jogjakarta dan hingga saat ini berkembang menjadi pusat ekonomi masyarakat. Karena banyak workshop batik sekitar desa yang menggunakan perpustakaan itu sebagai ruang berkumpul dan diskusi,” terangnya.
Begitu pun nantinya perpustakaan Desa Walandano yang diharapkan masyarakat setempat menjadikannya ruang diskusi sekaligus membaca. Sehingga, pihaknya berharap warga Desa Walandano juga bisa mengembangkan fasilitas tersebut seperti yang terjadi di Jogyakarta.
Ia menjelaskan, jauh sebelum itu pihaknya melakukan asesmen untuk rencana pemanfaatan CSR Medco Foundation di Wilayah Sulteng. Asesmen ini dilakukan untuk mengindentifikasi kebutuhan masyarakat penyintas bencana alam 28 September 2017 yang belum pernah tersentuh.
“Kami mencari tempat yang belum pernah terjamah. Assessment ini dilakukan dari Walandano Donggala hingga Sigi Biromaru. Berdasarkan asesmen itu lalu ditemukan Walandano untuk bantuan ini,”katanya.
Dalam proses asesmen itu, pihaknya menemukan bahwa kebutuhan masyarakat Walandano tidak lagi dalam bentuk shelter maupun peralatan penunjang pekerjaan mereka. Akan tetapi lebih membutuhkan akses untuk pendidikan non formal.
“Di Walandano unik, karena masyarakat mayoritas transmigrasi. Kultur beragam. Sehingga yang dibutuhkan akses pendidikan non formal. Jadi spesifik. Ngga harus SD lalu SMP. Karena pemandanganya indah, budayanya beragam. Sehingga kami merasa pustaka desa di tempat ini bisa membantu menjadi contoh untuk pembangunan literasi di desa-desa area yang sama,”tuturnya.
Pihaknya sendiri jelas Roni sebenarnya hanya memfasilitasi bantuan berupa ruangan. Dalam proses asesmen itu, masyarakat desa Walandano sendiri yang sebenarnya menginisiasi untuk pembangunan ruang perpustakaan desa tersebut.
“Yang menginisiasi masyarakat. Kami hanya memfasilitasi ruangan. Maka kegiatannya nanti akan sepenuhnya dilakukan oleh masyarakat. Ya karena masyarakat membutuhkan tempat untuk berkumpul,” sebutnya.
Masih menurut Roni, pembangunan perpustakaan desa ini nantinya akan dimanfaatkan dengan cara kolaborasi. Baik masyarakat desa maupun pemerintah dan swasta. Termasuk Perwakilan BKKBN Sulteng sebagai sarana edukasi tentang kependudukan dan pembangunan keluarga berencana.
BKKBN bisa berkolaborasi sehingga memasukkan literasi tentang pembangunan keluarga berkualitas baik melalui bacaan maupun diskusi-diskusi yang menggunakan perpustakaan desa.
“Bahwa literasi berawal dari keluarga. Hal ini penting agar kualitas sumber daya manusia bisa ditingkatkan. Dengan kualitas manusia yang baik, seseorang bisa meraih masa depan yang baik,”ujarnya
Literasi yang akan terwujud melalui perpustakaan desa juga diharap bisa membuat masyarakat menjadi cerdas menyikapi perkembangan pembangunan. Utamanya terkait bagaimana menyaring informasi yang masih sebatas opini dan fakta.
“Masyarakat kita masih sulit membedakan fakta dan opini. Sehingga dengan mudahnya membagi satu berita yang ternyata tidak benar,” tambahnya.
Ia berharap, perpustakaan Desa Walandano bisa dimanfaatkan masyarat sesuai rencana Medco Fundation., yakni untuk ruang diskusi bagi nelayan maupun petani setempat.
Ditempat yang sama, Humas Perwakilan BKKBN Sulteng, Bramanda Noya menjelaskan, program literasi melalui perpustakaan desa itu merupakan bagian program kemitraan yang saat ini digalakkan BKKBN.
Kata pria yang akrab disapa Bram itu, melalui perpustakaan itu nantinya pihak BKKBN Sulteng akan membangun kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Pada prinsipnya kita manfaatkan sebagai ruang literasi kependudukan. Ini bisa menjadi pertama di Indonesia yang dibangun kemitraan,” tandasnya. (YAMIN)