PALU – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu Prof H. Zainal Abidin, mengaku banyak belajar tentang toleransi dan menghargai pendapat orang lain dari Almarhum Ketua Utama Alkhairaat Habib Saggaf bin Muhammad Aljufri. Hal itu ia sampaikan saat memberikan tausyiah perayaan maulid Nabi Muhammad Shalallah Alaihi wa Salam sekaligus pembacaan tahlil ke 100 hari wafatnya Habib Saggaf.
“Saya banyak belajar dengan habib Saggaf bin Muhammad Aljufri, bagaimana toleransi beliau, dan bagaimana beliau menghargai pendapat, dan meminta pendapat orang yang ada di bawahnya” ungkap Prof H. Zainal Abidin, Sabtu, (13/11) pagi, di Kompleks Pesantren Alkhairaat Madinatul Ilmi Dolo.
Zainal juga menjelaskan bahkan toleransi yang dimiliki Habib Saggaf di dalam menghadapi perbedaan pendapat sangat tinggi sekali. Bukan hanya di kalangan sesama muslim saja, melainkan juga kepada non muslim pun bisa memahami perbedaan-perbdenaan yang ada.
“Dan ini yang harus kita kembangkan di dalam setiap memperingati Nabi Muhammad Shalallah alaihi wa salam. Bagaimana akhlak Nabi Muhamad menghadapi perbedaan dan menghormati orang lain,” katanya.
Ia menekankan, bahwa aspek akhlak merupakan kajian utama dalam ajaran Islam. Dibanding dengan aspe-aspek yang lain. Itu artinya, akhlak merupakan aspek terpenting dari ajaran Islam.
Ia mencontohkan, di berbagai pondok pesantren santri-santrinya diajarkan mencium tangan guru sebagai salahsatu bentuk penghormatan kepada guru.
“Itulah Nabi Muhammad berkata, saya diutus hanya untuk memperbaiki akhlak” unkpanya saat menerjamahkan satu Hadis Nabi Muhmmad SAW.
Untuk diketahui, kegiatan pembacaan doa dan tahlil ke 100 hari wafatnya Habib Saggaf bin Muhammad dihadiri Pimpinan Ponpes Alkhairaat MadinatulIlmi Dolo, Habib Ali Hasan Aljufri, Habib Alwi bin Saggaf Aljufri, dan Habib Idrus Alhabsyi.
(NANANG IP)