PALU – Kehadiran Prof Amar dalam bursa Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Tadulako (Untad) Palu dinilai bisa menjadi simbol perubahan di perguruan tinggi tersebut.
Sebelumnya, pada rapat penyaringan calon Rektor, Prof Amar meraih 38 suara. Perolehan suara tersebut adalah yang terbanyak dari total 70 suara anggota Senat Untad.
Menurut Wakil Ketua Kelompok Peduli Kampus (KPK) Untad, Jamaluddin A. Mariajang, kehadiran Prof Amar menjadi sebuah kecenderungan kuat untuk menghabisi dominasi oligarki kampus yang telah bercokol selama 15 tahun.
“Rektor menjadi bintang perubahan kampus ini. Ia telah menyadari selama ini dililit oleh aktor-aktor oligarki yang telah menggerogoti penyimpangan dana BLU Untad ratusan miliar serta kemorosatan moral segelintir ilmuan dan pemimpin Untad,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Rektor telah membuat dirinya bukanlah menjadi faktor penentu kemenangan seorang kandidat.
“Berbeda kenyataan tiga priode Pilrek Untad sebelumnya, di mana Rektor begitu kuat menjadi penentu kemenangan kandidat yang dia dukung. Bahkan kalaupun dengan suara menteri, kandidat dukungan Rektor tetap di atas,” ujarnya.
Tetapi, lanjut dia, peristiwa penyaringan bakal calon Rektor Untad pada 5 Oktober 2022 lalu, sangat nyata bahwa Rektor tidak lagi faktor dominan menguasai suara senat.
“Kami ucapkan selamat buat anda Pak Mahfudz, anda bukan saja Rektor Untad tetapi lebih prinsip dari itu anda adalah pemimpin masyarakat. Anda mewakili masyarakat bebas bicara kepada Menteri bagaimana kebobrokan aktor-aktor oligarki kampus yang telah menyebabkan anda mendapat hukuman ringan dari Menteri,” tambahnya.
Lebih lanjut Jamal mengatakan, kemenangan kaum progresif ini harus menjadi motivasi buat Rektor untuk mendesak hukuman oknum pejabat penting Untad yang diduga telah mendapat sanksi penurunan pangkat Guru Besar.
“Ini teramat penting untuk membersihkan anasir-anasir oligarki kampus yang masih punya andil 32 suara Anggota Senat Untad, diduga mengalihkan suara mereka ke salah satu kandidat yang lain,” ungkapnya.
Ia menegaskan, KPK Untad tidak pernah mundur sejengkalpun untuk memaksakan perubahan kampus dari dominasi oligarki, hingga hadir kepemimpinan kampus yang digerakan oleh orang-orang yang bersih dari korupsi dan moralitas busuk.
“Melalui berbagai media dan saluran komunikasi publik kami sampaikan kondisi Untad ini kepada Menteri dan masyarakat supaya mendapat perhatian,” pungkasnya. *