Manusia yang bermanfaat adalah insan yang kreatif, mandiri dan memiliki jiwa sosial tinggi untuk mencoba membantu menyelesaikan permasalahan di luar dirinya.
Bidang garapannya bisa menyentuh semua lapisan sisi kehidupan. Dalam bahasa sederhana, orang yang bermanfaat dapat disamakan dengan seorang pahlawan. Dari gagasan ini kita bisa menangkap, standar orang yang bermanfaat belum tentu orang yang pendidikannya tinggi, orang kaya maupun orang yang jabatannya bergengsi.
Orang yang bermanfaat bisa muncul kapan dan dimana pun tanpa dibentuk, namun lahir karena panggilan nuraninya sendiri. Singkatnya, manusia bermanfaat bisa dimaknai sebagai orang yang sudah bisa mengarifi tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya.
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan senang dengan mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik. Kita anggap seburuk-buruknya manusia yang mengambil manfaat banyak dari diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang seperti ini disebut orang yang terbaik diantara kita, dermawan, Ikhlas, tanpa pamrih, dan tidak punya vested interes.
Orang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah Saw menyebut seperti itu? Setidaknya ada empat alasan.
Pertama, karena ia dicintai Allah Swt. Rasulullah saw pernah bersabda yang bunyi kurang lebih, Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?
Kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Karena itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan sesuatu kebaikan bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk dikerjakan.
Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang berjihat sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat, Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya.
Rasulullah berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada i’tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani)
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt mengikuti persangkaan hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka Allah swt menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)