PALU – Populasi lanjut usia (lansia) di Sulawesi Tengah (Sulteng) cenderung meningkat dari tahun ke tahun, maka perlu ada perhatian pada lansia. Diperlukan regulasi dan konsep baru dalam penanganan lansia.
“Pemerintah perlu membuat konsep-konsep pemberdayaan lansia, mempersiapkan lansia agar tetap sehat dan aktif, adanya tempat yang layak bagi para lansia seperti konsep kota ramah lansia dan layanan umum untuk lansia, dan menyusun cara-cara baru agar lansia menjadi produktif,” ujar Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulteng, Dra. Mari Ernawati, MM. Rabu (11/11).
Maria mengaku, terkait dengan lansia, dirinya telah menbahas dihadapan para pengelola Bina Keluarga Balita (BKL) dan kader BKL proyek prioritas nasional (Pro PN), di Salah satu hotel di Kota Palu, Rabu 4 November 2020 lalu.
Wanita yang akrab disapa Erna itu mengatakan, berdasarkan data proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2020, populasi lansia Sulteng diprediksi telah mencapai 8,42 persen pada tahun 2020, yang sebelumnya, tahun 2019 sebanyak 8,15 persen dari total penduduk.
Lanjut Erna, pada tahun 2019 ada lima provinsi yang memiliki struktur penduduk tua, dimana penduduk lansianya sudah mencapai 10 persen, yaitu DI Yogyakarta 14,50 persen, Jawa Tengah 13,36 persen, Jawa Timur 12,96 persen, Bali 11,30 persen dan Sulawesi Barat 11,15 persen.
Dengan populasi lansia yang terus terus bertambah, membuat Indonesia memasuki aging population, yaitu suatu kondisi yang mana proporsi penduduk usia lanjut meningkat pesat. Karena itu, nasib kelompok rentan ini harus diperhatikan.
“Aging population mulai terasa jika jumlah lansia mencapai 10 persen. Populasi lansia sekarang sudah 9,6 persen. Ketika Indonesia memasuki usia 100 tahun pada 2045, yang sering digaungkan sebagai Indonesia Emas, sesungguhnya diprediksi akan mulai melonjaknya populasi lansia, yaitu 19 persen,” terangnya.
Kepala Sub Bidang Bina Ketahanan Balita, Anak, dan Ketahanan Keluarga Lansia (BKB, Anak, dan KKL) Perwakilan BKKBN Sulteng, Sakkirang mengatakan, pada tahun 1960-an terjadi baby boomer (ledakan penduduk).
“Baby boomer tersebut kini memasuki usia tua atau lanjut usia. Artinya, baby boomer akan menyebabkan meningkatnya jumlah lansia,” katanya.
Dia menambahkan, seiring meningkatnya jumlah lansia maka BKKBN mempunyai program lansia tangguh, dengan tujuh dimensinya, yaitu dimensi spiritual, dimensi intelektual, dimensi fisik emosional, dimensi sosial kemasyarakatan, dimensi profesional, dan dimensi vokasional dan lingkungan.
Selain itu, ada konsep pendampingan perawatan jangka panjang untuk lansia dengan melakukan kontrol kesehatan rutin, kehidupan rohani, pemenuhan nutrisi pada lansia, tidur yang cukup dan nyenyak, melakukan senam otak, menjaga kebersihan badan termasuk gigi dan mulut, melakukan rehabilitasi bagi lansia yang membutuhkan, bersosialisasi dengan masyarakat termasuk dengan lansia lainnya.
“Melakukan kegiatan sesuai minat dan hobi termasuk kesenian serta melakukan kegiatan yang sesuai dengan budaya di mana tinggal,” tandasnya. (YAMIN)