PKL GP Ansor Sulteng, Gus Luthfi: Ajaran Islam Bersinergi dengan Tradisi Lokal

oleh -

PALU – Ajaran Islam yang berasal dari langit harus disinergikan dengan situasi dan kondisi sosio-antropologis. Ajaran itu juga harus disinergikan dengan tradisi-tradisi lokal kemasyarakatan.

Penyataan itu disampaikan M. Luthfi Thomafi yang arab dipanggil Gus Luthfi saat menjadi instruktur Pelatihan Kepemimpinan Lanjutan (PKL) Pimpinan Wilayah (PW) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Sulawesi Tengah, Sabtu (22/12), di Majlis Dzikir Nuurul Khairaat Palu.

Gus Luthfi memberi catatan, bahwa tradisi-tradisi tersebut tidak bertentangan langsung dengan aqidah dan syariat Islam.

“Inilah model Islam tradisional yang dianut oleh Nahdlatul Ulama,” katanya.

Di hadapan 40 peserta PKL, dia juga menyampaikan bahwa GP Ansor adalah organisasi kepemudaan yang didirikan untuk membantu Nahdlatul Ulama dalam menjaga Islam di Indonesia.

BACA JUGA :  Tim Voli Polda Sulteng Lolos Zona 6 Kapolri Cup

“Dalam urusan kebangsaan dan keagamaan, GP. Ansor menjadi penerus perjuangan Nahdlatul Ulama,” kata Direktur SMK Al-Haidiyah Lasem Rembang ini.

Alumni Al Azhar Kairo ini berharap, pemahaman Islam yang sesuai dengan yang dianut oleh Nahdlatul Ulama ini harus tetap dipegang secara teguh dan dikembangkan secara konsisten. Karenanya, kata dia, PKL penting untuk dilaksanakan sebab merupakan pintu gerbang menjalankan roda orgasisasi.

PKL Angkatan VII PW Ansor Sulawesi Tengah digelar pada tanggal 20-24 Desember 2018, diikuti 40 perwakilan dari Pimpinan Cabang Ansor se-Sulteng dan beberapa kader PW Ansor Gorontalo.

BACA JUGA :  Kampanye di Gori-Gori, Ahmad Ali Janjikan Siapkan SDM Lokal untuk Industri Gas Banggai

Bertindak selaku instruktur dari Pimpinan Pusat Ansor, KH. Luthfi Thomafi (Gus Luthfi), Ruchman Basoi, Sahran Raden, Faisal Attamimi, Nizar Rahmatu dan Instruktur PW Ansor Alamsyah Palenga dan Fahmi Balkhair.

Ruchman Basori, Ketua Pimpinan Pusat Geakan Pemuda Ansor Bidang Kaderisasi berharap, PKL akan melahirkan kader dan calon pimpinan Ansor, yang tidak saja meningkat kapasitas manajemen kepemimpinannya, tetapi juga mampu menggerakan roda organisasi.

Ruchman menambahkan penanaman nilai-nilai keagamaan ala aswaja yang modeat dan kebangsaan akan berkontribusi positif menjadikan Indonesia sebagai pusat moderasi Islam dunia. ***