PKC PMII Sulteng Gelar Baksos dan Tausyiah di Desa Jono Oge

oleh -
Foto bersama usai kegiatan tausiyah yang digagas PKC PMII Sulteng di Desa Jono Oge, pekan lalu. (FOTO: IST)

PALU – Pengurus Koordinasi Cabang (PKC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sulteng mengadakan bhakti social (baksos), sekaligus tausyiah antar agama di Desa Jono Oge, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, pekan lalu.

Kegiatan itu bertujuan untuk menjalin, sekaligus mempererat tali silaturahim antar masyarakat dan umat beragama di Desa Jono Oge.

Kegiatan baksos itu sendiri dilakukan dengan membersihkan rumah ibadah yang ada di desa itu, baik masjid maupun gereja, berkolaborasi dengan pemuda dan mahasiswa kristiani Desa Jono Oge.

Usai kegiatan baksos, dilanjutkan dengan tausyiah di Kantor Desa Jono Oge, diisi oleh Mesak Rapiau selaku Ketua Oukumene (Majelis) Gereja Bala Keselamatan Korbs 2 Jono Oge dan Ustadz Najib selaku tokoh agama setempat.

Mesak mengatakan, gempa bumi dan likuifaksi yang melanda tanggal 28 September 2018 lalu sangat mempengaruhi kehidupan social masyarakat, khususnya di wilayah Kabupaten Sigi.

“Warga Kabupaten Sigi saat ini tidak lagi seperti dahulu sebelum terjadi bencana. Pada umumnya sebagian besar warga Sigi berperilaku berlebihan (emosian dan marah) untuk hal-hal yang kurang jelas. Marah tanpa sebab inilah yang membuat warga terkesan sensitif sehingga sulit untuk dilakukan pendekatan dari pihak terkait penyaluran bantuan dan lain-lain,” bebernya.

BACA JUGA :  Peringatan Maulid Nabi, Warga Taipa Diajak Pererat Silaturahim

Dia menambahkan, saat ini pemerintah telah membangun huntara untuk masyarakat korban bencana.

“Namun dari sekian huntara yang dibangun, sangat sedikit masyarakat yang memilih tinggal sehingga terbilang mubazir,” ujarnya.

Masyarakat, kata dia, justru menginginkan pembangunan huntara atau huntap di daerah yang sama mereka tinggali sebelum terjadi bencana.

“Namun huntap atau huntara yang disediakan terlalu jauh dari tempat pencaharian masyarakat. Hal ini yang mempersulit mereka dalam melakukakan aktifitas kesehariannya,” tuturnya.

BACA JUGA :  Sekkot Palu Ajak Seluruh Elemen Lestarikan Budaya

Selain itu, kata dia, masyarakat juga sangat berharap agar pendistribusian bantuan dilakukan dengan merata dan tepat sasaran.

Lanjut dia, saat ini masyarakat Kabupaten Sigi tidak lagi hidup berdampingan dan bersosalisasi antar agama. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya kelompok-kelompok masyarakat yang hidup terpisah berdasarkan agama di wilayah masing-masing. Dampak terburuknya adalah kehidupan bersosialisai antar agama tidak lagi berjalan seperti di daerah lain.

“Hal ini yang kemudian membuat para pemuka masing-masing agama bertekad mendukung kegiatan-kegiatan yang menyatukan kembali masyarakat antar agama untuk menangkal paham dan gerakan radikalisme,” imbuhnya.

Senada juga disampaikan Ustadz Najib. Menurutnya, warga Jono Oge saat ini terkesan lebih sensitive, dibuktikan dengan perilaku-perilaku yang kurang baik, misalnya berebutan bantuan yang kemudian memicu perpecahan.

“SDM yang berkualitas sangat kurang di Jono Oge, sehingga masyarakat terkesan berperilaku tidak terbuka dan mengarah kepada sifat arogan. Hal inilah yang membuat pihak-pihak terkait yang bertujuan menyalurkan bantuan di wilayah tersebut mengurungkan niatnya karena khawatir terjadi salah paham dengan masyarakat,” jelasnya.

BACA JUGA :  PDAM Palu Teken MoU dengan LAI dan CPM untuk Pembangunan IPA di Kawatuna dan Vatutela

Olehnya, kata dia, kegiatan baksos bersama masyarakat akan memberikan energi positif untuk membangun silaturahim karena meskipun sederhana namun dapat membantu masyarakat untuk kembali bersosalisasi dan berkomunikasi satu sama lain.

Untuk penyaluran bantuan, dia menyarankan agar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

“Sebaiknya juga diadakan kegiatan-kegiatan seperti dialog atau diskusi dengan mengundang wirausahawan sebagai narasumbernya. Hal ini lebih bermanfaat dan memberikan efek jangka panjang dibandingkan pemberian sembako,” tutupnya.

Dia juga meminta adanya perhatian pada mushala-mushala yang dibangun di Sidera, yang saat ini belum bisa dimanfaatkan sehingga dinilai sangat mubazir. (RIFAY)