Petani Jagung ini Tidak Diakui Terdampak Operasi PLTA Poso Energi

oleh -

Petani Jagung Tidak Di Akui Terdampak Beroperasinya PLTA Poso Energi

POSO- Yosafat Tabasi (59) satu dari 31 petani lainnya sampai kini masih terus berjuang memperoleh haknya ganti untung dari kebun jagungnya terendam dampak dari meluapnya air danau Poso beroperasinya bendungan PLTA Poso Energi.

Hampir tiga tahun haknya terus disuarakan tapi sampai kini belum terealisasi. Bahkan kebun jagung sekitar 30 hektare lebih bersama 31 petani lainnya ini, keberadaanya tidak diakui PT.Poso Energi sebagai yang ikut terdampak.

Lahan yang sudah ditanami jagung dan tumbuh setinggi pinggang orang dewasa itu terendam air dan akhirnya mati.

Padahal ia berharap dari hasil jagung yang ditanaminya itu bisa mendapatkan uang sekitar Rp24 juta dengan kalkulasi harga jagung 2020 kala itu Ro4000 perkilogram , dikalikan dalam 1 ha bisa menghasilkan jagung 6 ton sampai 7 ton dalam sekali panen.

Tapi hitung-hitungan itu sirna akibat jagung ditanami terendam air, dan praktis rencananya memberikan biaya anaknya kuliah disalahsatu Universitas di Kota Palu tidak terealisasi.

“Dari pinjaman modal itu, baru setengah terbayarkan dan masih tersisa 2 tahun lagi sampai sekarang belum dibayarkan,” kata Yosafat ditemui di kebunnya Desa Tonusu , Saluopa bawah, Kecamatan Pusulemba, Kabupaten Poso baru- baru ini.

Ia mengatakan, untuk menanam jagung, ia meminjam dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) disalahsatu bank di Tentena sebesar Rp70 juta sebagai modal yang akan dibayarkan selama 4 tahun.

Pengajar bahasa Inggris dibeberapa sekolah di Tentena ini mengatakan, akibat lahan tidak bisa ditanami, sebab terendam air, ia harus bekerja sebagai buruh paras dan digaji Rp80 ribu perhari. Tapi panggilan sebagai buruh itu tidak selalu ada.

Ia mengatakan, perihal kebun jagung bersama rekan kelompok tani Saluopa ini sudah disuarakan baik terhadap perusahaan PT.Poso Energi maupun pemerintah baik daerah maupun provinsi, tapi diabaikan cuma sebatas janji.

“Dua kali kami melakukan mogilu (melaporkan keberadaan mereka yang menderita) baik kepada pemerintah dan perusahaan, tapi diabaikan hanya sebatas janji,” ucapnya.

Terakhir kata dia, melakukan aksi unjuk rasa Cor kaki di Kota Palu 25 Mei 2022 lalu. Bahkan Ia kesal dan kecewa pada sikap Gubernur Sulteng Rusdy Mastura tidak menemui mereka kala itu. Padahal Ia merupakan salahsatu penggerak tim pemenang Cudy pada kampanye lalu.

Akibat aksi unjukrasa dia lakukan, ia pernah diintervensi oleh yayasan tempatnya bernaung, tapi tak gentar.

“Saya tidak membawa-bawa institusi atau lembaga sebab ini hal pribadi,” ucapnya.

Ia bersama teman kelompoknya masih membuka upaya negosiasi dengan perusahan PT.Poso Energi untuk membayar ganti untung atas lahan mereka terendam air dan tidak bisa diolah.

“Kami menawarkan kepada perusahaan Rp250 ribu perare untuk ganti untung, tapi sampai hari ini belum ada tawaran dari perusahaan, kami berharap perusahan bisa mengakomodir tawaran tersebut,” pungkasnya.

Reporter: Ikram/Editor: Nanang